• Blog
  • Home
  • Rekaman Kajian
    • Kajian Umum
    • Kajian Kitab
      • Kajian Kitab Ahkaamusy-Syitaa’
      • Kajian Kitab Fiqhul-Hasad
  • Subscription
  • Jadwal Kajian Rutin
  • Tanya Ustadz
  • BlogMap
  • About
Tegar Di Atas Sunnah
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Tegar Di Atas Sunnah
No Result
View All Result
Home Adab

Mendahulukan Hak Suami dari Orang Tua

by abduh
23 November 2009
in Adab
197
1.3k
SHARES
7.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Tanya:
Assalamu’alaikum. Mana yang harus didahulukan bagi seorang istri antara berbakti kepada suami dan mengurusi anak, dengan berbakti dan mengurus orang tua? Keduanya tidak bisa dikerjakan secara bersamaan karena tempat tinggal yang saling berjauhan. Memilih salah satunya berarti mengabaikan yang lain. Dua adik belum menikah dan masih tinggal dengan orang tua. Jazakumullah. Nuryati Wassalam. 08139xxxx

Jawab:

Wassalamu’alaikum warahmatullah,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا ».

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Andai boleh kuperintahkan seseorang untuk bersujud kepada yang lain tentu kuperintahkan seorang istri untuk bersujud kepada suaminya” (HR Tirmidzi no 1159, dinilai oleh al Albani sebagai hadits hasan shahih).

Ketika menjelaskan hadits di atas penulis Tuhfatul Ahwadzi mengatakan, “Demikian itu dikarenakan banyaknya hak suami yang wajib dipenuhi oleh istri dan tidak mampunya istri untuk berterima kasih kepada suaminya. Dalam hadits ini terdapat ungkapan yang sangat hiperbola menunjukkan wajibnya istri untuk menunaikan hak suaminya karena tidak diperbolehkan bersujud kepada selain Allah”.

Berdasarkan hadits di atas maka seorang istri berkewajiban untuk lebih mendahulukan hak suami dari pada orang tuanya jika tidak mungkin untuk menyelaraskan dua hal ini.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Seorang perempuan jika telah menikah maka suami lebih berhak terhadap dirinya dibandingkan kedua orang tuanya dan mentaati suami itu lebih wajib dari pada taat orang tua” (Majmu Fatawa 32/261).

Di halaman yang lain beliau mengatakan,
“Seorang istri tidak boleh keluar dari rumah kecuali dengan izin suami meski diperintahkan oleh bapak atau ibunya apalagi selain keduanya. Hukum ini adalah suatu yang disepakati oleh para imam. Jika suami ingin berpindah tempat tinggal dari tempat semula dan dia adalah seorang suami yang memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami serta menunaikan hak-hak istrinya lalu orang tua istri melarang anaknya untuk pergi bersama suami padahal suami memerintahkannya untuk turut pindah maka kewajiban istri adalah mentaati suami, bukan mentaati orang tuanya karena orang tua dalam hal ini dalam kondisi zalim. Orang tua tidak boleh melarang anak perempuannya untuk mentaati suami dalam masalah-masalah semacam ini” (Majmu Fatawa 32/263).

[Konsultasi dari Majalah Swara Qur’an]

Tags: hak orang tuahak suami
Previous Post

Bila di Kiblat Masjid Ada Makam

Next Post

Download Kajian Adabul Mufrod – Bab Pengaduan Seorang Tetangga

Next Post

Download Kajian Adabul Mufrod - Bab Pengaduan Seorang Tetangga

Comments 197

  1. fadil says:
    12 years ago

    Assalamualaikum usta
    Saya mw tanya apa berhak suami melarang istri membatu orang tuanya (keuangan). Biarpun dari penghasilan istri. buarpun rumah tangga kita sedang susah.

  2. ustadzaris says:
    12 years ago

    #fadil
    Jika dari penghasilan pribadi si isteri, tidak berhak.

  3. daniesist says:
    12 years ago

    Ustat, mana yg lebih didahulukan mengunjungi orang tua suami atau orang tua si istri disaat bermaafan di hari lebaran?

  4. eni says:
    12 years ago

    asslmkm ustad..suami saya sepertinya lebih perhatian terhadap adik perempuannya semenjak orang tua mereka meninggal padahl adik ipar saya sdh menikah…manakah yg lebih berhak diperhatikan oleh seorang suami adik perempuannya yg sudah menikah atau istrinya?selain itu sayajg kan bekerja dan kehidupan keluarga sya alhamdulillah lebih dr cukup..bolehkah saya membantu kehidupan saudara sayameskipun sdh menikah tp usahanya mengalami bangkrut/ibu dan adik2 saya yg blm menikah?kl boleh bgmana dgn sikap suami yg menanyakan uang hasil kerja saya?trms sblmnya

  5. eka says:
    12 years ago

    suami saya anak tunggal dan berniat membawa ibunya tinggal bersama,namun selama menikah saya hanya hidup dengan hasil gaji saya sendiri bahkan untuk kebutuhan sehari hari kami menggabungkan gaji.selama menikah saya tdk pernah memberi nafkah kepada ortu krn suami krg setuju sdgkan ortu saya sdh tdk bekerja.saya merasa bahwa menikah/tdk samA saja toh sy tetap membiayai kehidupan saya sendiri,dan hrs ngumpet2 bila memberi nafkah ortu.suami hanya mengutamakan ibunya tanpa menghiraukan saya.sempat terjd cekcok antara saya dan ibu mertua yg mengakibatkan saya diusir dr rumah kontrakan dan diantar pulang kerumah ortu.pertanyaan saya,,bagaimana cara mengatur keuangan jika keduanya berpenghasilan(suami slalu mengatur keuangan saya),,apa hukumnya jika suami mengutamakan ibunya tanpa memperdulikan istri sdgkan ia blm bs menafkahi istri dgn baik,,,apa yg hrs saya lakukan krn saya tdk mau tinggal bersama ibu mertua yg bersifat manja thd suami,,,,,terimakasih

  6. sari says:
    12 years ago

    Assalamualaikum,

    Pak ustad mohon maaf sebelumnya…karna cerita saya mungkin agak panjang…dr awal menikah hingga detik ini saya tinggal bersama org tua saya..sy udah dikaruniai satu anak..dr sebelum nikahpun sy udah bekerja dan anak saya dijaga oleh ortu sy..yg membiayai hdp satu rumah mulai dr ortu,adek,kadang2 saudar2 sy klo ada kesulitan sy dan suami yg membantu…tapi yg jd beban pikiran buat saya adalah ortu saya selalu memandang hal dr segi “materi” uang…yg membuat saya sedih adalah saat ini suami sy bekerja di kapal dan jauh dr anak istri…dan sy sudah tdk krj lagi…terlalu byk tuntutan dr org tua (terutama ibu) saya pak ustad yg ujung2 nya adalah uang (krn ortu sy terbiasa pegang uang byk) beliau tdk memikirkan ttg masa depan keluarga saya…suami sy rela bekerja cari uang jauh2 hanya utk anak dan istri akan ttp org tua saya sangat byk tuntutan thdp saya pak ustad…(padahal sekarang ini ada tawaran krj bagus utk sy pak akan ttp tdk bisa sy terima krn hubungan sy dan ortu sudah tdk harmonis lagi dan tdk ada yg menjaga anak sy kalo seandainya sy bekerja) pertanyaan saya,, apakah saya harus pergi dr rumah dan meninggalkan org tua saya,,(padahal rumah yg ditempati ortu sy skrg adalah hasil jerih payah saya wktu sebelum nikah)..sedangkan suami sy krj nya jauh dan hanya pulang sekali dlm 6bln pak ustad…bagaimana cara memberi masukan kepada ortu sy supaya memandang segala sesuatu tdklah harus dgn materi? dan satu hal pak…saudar2 sy yg lain sudah tdk mau tau dgn keadaan org tua saya..krn mereka angkat tangan dgn ortu sy yg maff”sifatnya yg keras hati dan mungkin agak matre”..terimakasi sebelum dan sesudahnya pak ustad..sy mohon maaf kalo ada kata2 saya yg kurang berkenan bagi semua pembaca….

    Assalammualaikum

  7. ustadzaris says:
    12 years ago

    #daniest
    Tergantung putusan suami ke mana yang lebih didahulukan.

  8. ustadzaris says:
    12 years ago

    #eka
    dalam Islam, biaya rumah tangga sepenuhnya tanggung jawab suami. gaji isteri tidak boleh untuk kebutuhan rumah tangga kecuali dengan kerelaannya sepenuh hati. isteri yang punya penghasilan boleh menggunakan uang tersebut tanpa harus minta izin kepada suami.

  9. ustadzaris says:
    12 years ago

    #aji
    Boleh jika ada keperluan mendesak apalagi jika isteri juga tidak mempermasalahkannya.

  10. ustadzaris says:
    12 years ago

    #emon
    Haram pilih kasih.

  11. ustadzaris says:
    12 years ago

    #aiya
    Isteri bisa komplain kepada suami.

  12. ustadzaris says:
    12 years ago

    #hamba
    Jika boleh-kata Nabi- isteri diperintahkan untuk bersujud kepada suaminya, bukan kepada ortunya.

  13. ustadzaris says:
    12 years ago

    #anton
    ambil janji darinya agar bersikap lebih baik kepada isterinya.

  14. ustadzaris says:
    12 years ago

    #eni
    1. isteri seharusnya yang lebih diperhatikan. adek yang punya suami maka seharusnya suaminya yang memperhatikannya.
    2. anda boleh membantu ibu dan adik anda
    3. dia boleh bertanya dan berhak mendapatkan jawaban yang jujur. namun dia tidak boleh melarang anda untuk membantu ibu dan saudara anda.

  15. maria says:
    12 years ago

    Assalam mualaikum,pak ustad saya ♍àΰ tanya,saya sudah menikah αйϑ menpuyai 1 orang anak,suami saya bekerja tapi penghasilan Ώÿå kecil,αйϑ saya pun pun bekerja,gaji suami saya tidak pernah mencukupi kebutuhan keluarga,tapi ϑȋ̝̊’ sisi mertua saya selalu meminta jatah uang stiap bulan kepada suami saya, jika tidah ϑȋ̝̊’ kasih dia akan marah αйϑ meyumpehi anak Ώÿå ,Δƥǟ Чǝлб harus saya lakukan pas ustad menaggapi mertua saya,??? Trimaksih

  16. diki febrian says:
    12 years ago

    Assalamu’alaikum pak Ustad. Saya seorang suami. Pada awal menikah, istri saya tidak bekerja. Terus karena saya kasihan dia di rumah terus, saya izinkan dia bekerja untuk mengisi kekosongan waktunya. Bahkan orang tua saya mencarikan dia pekerjaan sehingga dia bekerja seprofesi dengan saya di tempat yang sama, tetapi waktu kerjanya bisa fleksibel. Awalnya hal ini tidak menjadi masalah, toh nanti gajinya kan bisa buat bantu-bantu keluarga jika kebutuhan meningkat nanti.
    Sekarang kami sudah memiliki seorang anak, dan bahkan sedang menanti kelahiran anak ke-2. Yang menjadi masalah yaitu, istri saya semakin senang dengan dunia kerjanya, bahkan kadang saya lihat dia lebih mementingkan kerja daripada suami dan anak. Sering saya di rumah mengasuh anak sedangkan istri saya bekerja di kantor. Bahkan kadang seharian. Kami tidak punya pengasuh anak, karena saya memang tidak ingin orang lain mengasuh anak saya. Jadi saya yang mengasuh anak jika istri saya bekerja.
    Kinerja saya di kantor menjadi menurun, sedangkan kinerja istri semakin membaik. Sedangkan gaji yang didapatkannya tidak pernah untuk keluarga kecil kami. Jika saya komplain tentang waktunya yang terlalu banyak dihabiskan di kantor, dia malah marah, dan menyuruh saya mencari pengasuh jika susah mengurus anak, dan malah kadang mengatakan saya ‘kere’ karena tidak cukup uang untuk menafkahi keruarga. Padahal jika dia melaksanakan kewajibannya mengasuh anak, saya pasti bisa bekerja lebih baik di kantor dan mendapatkan tambahan penghasilan di kantor untuk keluarga.
    Pernah saya akhirnya menyuruhnya berhenti bekerja, tapi dia tidak mau. Saya tahu bahwa di belakang saya gajinya diberikan istri saya kepada orang tuanya. Tapi dia tidak pernah minta izin kepada saya. Hal ini sebenarnya tidak masalah bagi saya. Tetapi akan lebih baik jika diberitahu, karena saya tidak akan melarangnya.
    Bagaimana solusinya Pak Ustad? Saya ingin bisa menafkahi keluarga saya dengan baik, karena anak kami sudah akan menjadi 2, tapi istri saya tidak mau berhenti bekerja dan hanya mengurus anak di rumah. Saya juga tidak mau menyewa pengasuh untuk anak-anak saya, karena saya mau mereka dididik oleh istri saya dan saya. Apa yang harus saya lakukan?
    Satu pertanyaan lagi Pak Ustad, karena kebutuhan keluarga kami semakin meningkat, saya pernah meminta istri saya juga ikut berpartisipasi sebagian gajinya dalam belanja keluarga. Walaupun kadang-kadang kalau saya dapat rejeki lebih, hal ini tidak dilaksanakan. Apakah saya salah meminta istri untuk membagi sebagian gajinya untuk keluarga ini Pak Ustad?

  17. ustadzaris says:
    12 years ago

    #maria
    Kalo untuk kebutuhan RT belum tercukupi maka secara agama suami tidak memiliki kewajiban untuk membantu ortunya.

  18. Eco Syariah says:
    12 years ago

    Assalaamu’alaykum,

    Pak Ustadz,

    Seorang suami, sebut saja si Fulan berkeluh kesah mengenai pertengkaran dengan istrinya, intinya si istri merasa trauma yang mendalam akibat perlakuan dan perkataan masa lalu si Fulan yang sulit diobati jika tinggal dengan si Fulan, sehingga istrinya untuk sementara waktu minta tinggal berpisah dari si Fulan (bukan cerai tapi pulang sementara ke ibunya) untuk mengobati traumanya sambil melakukan konsultasi psikologi.

    Menurut si Fulan, supaya istrinya tidak berdosa meninggalkan kewajibannya sebagai istri dan ibu, maka dia memberikan ijin istrinya tinggal sementara dengan ibunya.
    Saya tidak berani memberikan tanggapan atas kehendak si istri dan pemberian ijin oleh si Fulan… karena tidak/belum tau dalilnya apakah boleh atau tidak dalam Islam hal itu dilakukan.

    Mohon tanggapannya… jika secara agama hal ini boleh dilakukan, kata si Fulan dia akan membiarkan istrinya sementara bersama ibunya kira-kira 1 sd 3 bulan, tapi jika tidak dibenarkan maka dia akan segera memberitahu ke istrinya bahwa hal itu tidak boleh.

    Terima kasih.

    Wassalaamu’alaykum,

    Eco S

  19. hendra says:
    12 years ago

    Asalamualaikum pak ustad. . sy seorang suami. . . . apa yang harus sy lakukan apabila istri lebih memilih tinggal dengan orang tuanya dibandingkan dengan suaminya??. . . .dan apakah sy wajib menafkahinya apabila dia sudah tidak mau nurut sama suami. . .

  20. bronson sinaga says:
    12 years ago

    ass.wr wb.. ustad,.sebelumnya saya minta maaf,karena cerita sya terlalu panjang,.dalam hal ini,ada yang ingin saya tanyakan kepada ustad mengenai cerita saya ini..begini ustad, saya pria berumur 33 th, saya menikah dengan istri saya sudah hampir 4 th, di dalam mengarungi bahtera rumah tangga saya,.1 th setelah saya menikah. saya mendapat cobaan berupa PHK dr prusahaan tempat saya bekerja, akan tetapi saya sangat bersyukur walaupun saya dalam posisi menganggur istri saya masih bekerja..Alhamdulillah istri saya pun menerima dengan ikhlas, hari2 demi hari saya lalui dengan berusaha untuk mancari pekerjaan dan berdoa kepada Allah SWT, mudah2an saya cepat dapat pekerjaan lagi,.kemudian MASALAH yg muncul berawal dari,kluarga besar istri saya,yaitu kakak ipar saya..saya sendiri tidak tau mslh yg sebenarnya dia alami,.tiba2 dia selalu minta uang kpd istri saya,dan istri sya pun selalu memberi, kata istri saya kakaknya kasihan dikampung di kejar2 debt kolektor lah atau apapun itu saya tidak tahu mslh yg sebenarnya,.dan akhirnya sampai2 istri saya bela2in pake uang kantor untuk menolong kakaknya tersebut,.dan akhirnya menjadi beban hutang buat istri saya sampai saat ini,.masalah belum cukup sampai di situ,.pada 1 th yg lalu,.adiknya istri saya jg membuat masalah,dengan menghamili pacarnya, kemudian keluarga pacarnya itu meminta pertanggung jawaban untuk di nikahi akan tetapi dengan pesta pernikahan yg agak terlihat mewah..dan itu istri saya juga harus mencari uang untuk itu semua,krn orang tua istri saya/mertua saya tidak bisa apa2 lagi..dalam hal ini saya sebagai suami sangat sedih melihat beban yg di pikul istri saya demi menolong sodara2nya itu,tapi apa daya saya juga blm bisa berbuat apa2 karena saya masih blm mendapatkan pekerjaan lagi,.sebagai suami yg saya bisa lakukan untuk meringankan beban istri hanyalah mengurus rumah tiap hari,.saya mencuci baji,setrika,menyapu,mengepel,dll termasuk saya memandikan anak saya,.momong anak saya,buang air besar & kecil pun,.saya yg selalu menggantikan popok/pempers anak saya,.pertama kali saya terkena PHK, untuk meminta uang istri saya saja saya kasihan/tidak berani..krn takut membebankan istri saya,.cuma setiap apa yg di kasih istri saya selalu saya sukuri pa ustadz,.saya masih di kasih rokok,biarpun 1 bungkus buat 2 hari, saya kadang masih di belikan baju biarpun saya tidak memintanya..semua saya syukuri,.akan tetapi dalam benak saya,saya tak habis pikir,.apakah sodara2 istri saya tidak berpikir melakukan kesalahan terhadap istri saya, dengan membebankan hutang2 yg sekarang istri saya pikul,karena uang itu juga untuk menolong sodara2 istri saya juga,.yang jadi pertanyaan saya pa ustadz,.apakah posisi saya sebagai suami memang demikian,karena saya tidak bisa menafkahi istri..saya tidak berhak melarang/menyarankan uang istri saya sendiri untuk apa saja di gunakan istri saya itu,padhl saya juga tidak pernah melarang istri saya untuk membantu sodara2nya,tetapi saya hanya bisa mengingatkan ” membantu sodara2 memang kewajiban akan tetapi kita smua sbg manusia punya batas2 kemampuan ” sewaktu saya menganggur, saya sebenarnya ingin mengutarakan keinginan kpd istri saya untuk meminjam modal kepada istri saya,setidaknya saya bisa ada usaha untuk pemasukan uang tiap bulannya,.tp hal itu saya urungkan krn itu tadi,.saya tidak mau membebani istri saya,.TAPI, kenapa sodara2 istri saya tega melakukan itu semua kepada istri saya?? apakah derajat saya lebih rendah di bandingkan sodara2 ipar saya itu pak ustad? sehingga istri saya lebih mementingkan sodaranya sendiri ketimbang saya? sekian pa ustad cerita dari saya,.trima kasih,.wassalamualaikum wr.wb

  21. rashidah says:
    12 years ago

    assalammualaikum ustaz. kalau duit isteri digunkan banyak untuk anak dan bantu suami, atas persetujuan isteri sendiri, adakah berdosa kalau tidak bantu mak sendiri? saya lebih mengutamakan keperluan anak-anak berbanding keperluan mak. mohon bantu.
    terima kasih

  22. ella says:
    12 years ago

    Assalammualaikum pak ustat, saya maw tanya saya kan sudah menikah dan saya bekerja, suami saya kerja diluar kota, suami saya meminta saya untuk ikut dan keluar dari pekerjaan saya, alkamdllah suami slma ini sudah memberi nafkah lebih dr cukup, tp orang tua saya melarang saya keluar dari kerjaan, apa yang harus saya lakukan,.

  23. ucu says:
    12 years ago

     السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
    Pak ustad sya mau tanya,,
    Adik ipar sy lagi punya masalah dg suaminy,,trus dia kabur dari rumahny,, katanya sih tuk nenangin pikiran karna dia lg hamil muda,,
    Karna suami saya kasian jadi suami saya minta dia nginap dirumah kami,,
    Masalahny,, sya ad dirumah orng tua saya diluar kota,,
    Jadi boleh kah adik ipar saya tinggal serumah dg suami saya walaupun mereka kakak adik,, dan saya tidak ad dirumah,,

  24. Dheandra says:
    12 years ago

    Assalamualikum ustd.

    Saya seorang istri dan mempunya ibu yg memiliki habbit mencuri, sudah dijaka bicara baik2, dingatkan baik2 dan terus mengulanginya. untuk usaha saya ini kecurangan ibu saya sudah lebih dari setahun dan dlam setahun tsb selalu kami ingatkan baik2.

    termasuk usaha yg dijalankan oleh saya, ibu sseringkali dipergoki menjual barang dagangan dan uangnya tidak pernah dilaporkan. termasuk kepada karyawan lain yg apabila ibu tidak suka dengan otoritasnya maka akan dibuat tidak betah dan membuat peta konflik sehingga karyawan seringkali bongkar-pasang. sy tidak pernah meminta ibu membantu saya krn kasihan sudah tua, ttp atas keinginnanya sendiri akhirnya ada di usaha saya dan sy profesional membyara bantuannya.

    ketika ditanya dari hati ke hati jawabnya tidak tahu dan tidak mengakui sekalipun bukti otentik sudah ditunjukan. puncaknya ketika ketahuan telah menggelapkan barang dagngan yg jumlah besar sekali ttp tidak mengakui dan sy memutuskan untuk ibu tidak lagi mencampuri urusan usaha saya. dengan ttp komitmen saya untuk terus memberikan kewajiban saya kepada ibu (sandang-pangan) sesuai kemampuan saya. akan tettapi ibu saya tidak terima dan menganggap saya anak durhaka.

    sy sudh konsultikan dnegn suami, bahwa kami akan menghindarakn ibu untuk terus berbuat kecurangan dengan cara mengistirahtakan ibu dari usaha saya dan TETAP memberikan kehidupan yg layak.

    tolong saya ustad, saya dilema…. antara ketakutan di cap durhaka dan kasian ibu saya juga jika dilakukan pembiaran dgn adanya kesempatan mengulangi2nya lagi. apakah bisa sy patuh kepada suami dgn keputusan tsb?

    wassalam
    Dheandra

  25. vivin says:
    12 years ago

    assalamualaikum pak uztad. saya memiliki seorang kakak perempuan, beliau sudah menikah dan memiliki anak 2. dulu sewaktu meminta izin nikah beliau mengatakan keputusan ini semata2 untuk kebaikan keluarga besar kami, beliau mengatakan kalau beliau sudah menikah maka akan dapat membantu ekonomi keluarga karena kehidupan beliau akan di tanggung suami beliau dan kebetulan beliau bekerja.

    tetapi masalahnya setelah menikah perilaku beliau berubah. jangan kan membantu finansial orang tua kami, memberi kabar pun tidak pernah. sampai2 ibu saya sedih, karena merasa di tinggalkan anaknya. hal itu membuat saya berinisiatif menghubungi beliau dan bertanya mengenai perubahan itu. dan beliau menjawab bahwa dia harus mendahulukan kebutuhan keluarga kecilnya dulu, lalu selanjutnya kebutuhan mertuanya baru keluarga kandungnya. dan beliau juga bahkan menjelek2kan orang tua kami. saya selaku adik sangat terkejut melihat perubahan sikapnya.

    pertanyaan saya
    1. apakah benar ada aturan seperti itu uztad, mengingat kk saya setelah menikah aktif di komunitas LDII yang katanya mengajarkan ajaran sesat.
    2. bagaimana seharusnya sikap saya menghadapi perilaku kk saya yang menjelek2kan ibu saya dan seolah menghindar dari keluarga.

    terimakasih uztad :)

    wassalamualaikum

  26. uma says:
    12 years ago

    Assalaamu’alaikum,
    Saya mau tanya ustadz, kalau seorang istri tidak boleh bekerja oleh suaminya, kemudian orang tua istri tersebut mewarisi hutang yang jumlahnya tidak sedikit, siapakah yang wajib membayar hutang orang tua yang sudah meninggal tadi? Trimakasih.

  27. kemul says:
    11 years ago

    Ustad mau tanya seorang ibu dari istri beliau mengendalikan istri saya dan dia melarang menghubungi saya dan beliau mau menyekolahkan istri saya pdahal masih ada masalah antara saya dan istri dan istri saya masih sayank sama saya tp dia takut pada ibunya yg d dahulukan seharusnya yg mana ustad rumah tangga atau sekolah yg sifatnya mengejar duniawi tp istri saya bersikukuh mendahulukan sekolah gimana ustad tnggapanya butuh pencerahan ustad tiap malam saya juga sudah solat hajat ustad saya minta ke pada allah swt agar beliau” sadar mohon d bantu ustad makasih sebelumnya

  28. amel says:
    11 years ago

    Pak ustad,, kata pak ustad kalo kebutuhan Rt tdk mencukupi maka tdk wajib bntu ortu.. Tp suami saya tetap mengutamakam ortu dan adek nya drpda saya dan anaknya. Sehingga saya harus bekerja untuk memenuhi kekurangan,, mertua sebenarnya sudah saya arahkan saya bantu untuk buka usaha kecil2an.. Tp mertua saya gmw dengan alasan gengsi ma tetangga. Sedang saya capek hidup gini terus ustad, suami saya harus kerja diluar pulau dan 2 bulan sekali baru ketemu.. Hanya agar kebutuhan mertua dan adeknya tercukupi tanpa memikirkan nafkah lahir batin anakdan isistrinya. Tolong bantu saya harus gmna saya menghadapinya.. Skrg saya dan suami saling diam.. Suami diamin saya karna saya suka marah2 n nyuruh dia bekerja cari tempat yg dket dwngan saya walau gaji pas2an. Nb. Suami kerja didalam hutan yg tidak ada perkampungan

  29. ustadzaris says:
    11 years ago

    @uma
    Anak tidak memiliki kewajiban untuk membayarkan utang ortunya.

  30. ustadzaris says:
    11 years ago

    @kemul
    Isteri shalihah akan mendahulukan rumah tangga dan suaminya dari pada sekolahnya.

  31. wisnhu says:
    11 years ago

    ‎​السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
    Sy sudah menikah 4 tahun,selama menikah istri saya selalu mengungkit masalah ekonomi yg kurang sampai dy saya izinkan kerja.selama dy kerja dy sudah tidak mau peduli sama keluarga apalagi dengan omongan saya,yang jadi pertanyaan saya,apa saya harus pertahankan keluarga ini/saya harus mundur?karena semakin hari istri saya berbuat semaunya(tidak selayaknya seorang istri)di ajakin untuk berhubungan selalu menolak dg alasan(aku baru keramas,aku cape,aku ngantuk,ada anak”,tar anak” bangun,dll alesannya)makan sy cari sendiri walaupun dy libur,baju saya harus saya yang siapin,trus apa tugas istri?dan harus apa yang saya lakukan saat ini?

  32. ustadzaris says:
    11 years ago

    @vivin
    Jika benar dia aktif ngaji di LDII maka LDII berpandangan bahwa orang di luar kelompoknya bukanlah orang yang beriman sehingga wajar jika ada perubahan semacam itu pada kakak anda.
    Sehingga yang lebih urgen adalah menyadarkan kakak akan bahaya akidah dan keyakinan LDII, jika hal ini memungkinkan untuk dilakukan.

  33. ustadzaris says:
    11 years ago

    @Dheandra
    Insya allah keputusan suami anda sudah tepat.

  34. ustadzaris says:
    11 years ago

    @rashidah
    Keperluan anak-anak itu tanggung jawab suami.
    uang murni milik anda bisa dipergunakan untuk bantu mak anda.

  35. ustadzaris says:
    11 years ago

    @hendra
    Tidak wajib anda nafkahi jika memang demikian itu keadaannya.

  36. ustadzaris says:
    11 years ago

    @eco
    Jika suami mengizinkannya maka tidak mengapa.

  37. ustadzaris says:
    11 years ago

    @ucu
    kalo dia adik kandung suami tentu saja tidak mengapa karena suami andalah mahram bagi adiknya.

  38. ustadzaris says:
    11 years ago

    @ella
    Jika pendapat ortu dan suami tidak bisa dikompromikan maka anda wajib taat suami.

  39. feranisa says:
    11 years ago

    Ass. Pak ustad semalam ayah dn suami saya bertengkar awalnya karna suami saya orangnya tidak bersaudara keegoisan suami saya membuat ayah saya marah dari awal menikah hingga sekarang ayah saya lah yg turut membantu keuangan rumah tangga saya karna keuangan suami tidaklah cukup. Mohon bantuan pak ustad mna yg saya pilih sementara hak suami tetap yg no 1 tetapi suami tetap egois

  40. abdie says:
    11 years ago

    assalamu’alaikum wr wb
    Mohon saran\jawaban’nya pa ustadz.
    1. Istri sy menjual mas kawin’nya untuk kebutuhan dia dan anak sy karena sy sedang tdk ada uang. Menurut syariat Apakah itu menjadi hutang?diluar konteks keikhlasan istri sy.
    2. Apakah suami ikut berdosa apabila membiarkan istrinya dalam keadaan nusyudz? (walaupun sudah dinasehati, pisah ranjang, dipukul sesuai syariat, sampai dikembalikan kpd org tuanya), sy msh blm berani untuk menceraikan’nya karena sy kasihan kalo anak sy menjadi korban broken home
    3.Ketika dilakukan perceraian, berapa suami harus memberi uang muth’ah pada istrinya?

    Terimakasih atas jawaban’nyam

  41. robiyanah says:
    11 years ago

    Assalamualaikum pak ustadz..saya menikah membawa anak 1 dari pernikahan saya terdahulu, saya tulang punggung keluarga saya sejak saya gadis pak ustadz namun setelah menikah dengan suami saya yang sekarang uang gaji saya yang mengatur suami saya sehingga pengeluaran apapun harus sepengetahuan suami saya, gaji suami saya pun tidak pernah diberikan kesaya ( memang gaji suami saya sebagian untuk membayar hutang bank), dan jika saya pakai itupun jatuhnya harus diganti atau hutang kesuami saya,sekarang saya sedang mengandung dan sudah tidak bekerja namun suami saya tidak pernah memberi saya uang kecuali jika suami saya ada dirumah baru membelikan saya makanan tapi hanya buat saya dan bayi yang saya kandung untuk orang tua saya jarang apalagi untuk anak saya…yang saya ingin tanyakan bagaimana membicarakan hal ini kesuami saya, sedangkan setiap saya bicarakan pasti ujung2nya kami bertengkar…dan apa yang harus saya lakukan pak ustadZ

  42. rhinie aswa says:
    11 years ago

    Assalamualaikum pak ustaz,saya sudah menikah slma 8 bln smpai skrg sya msih tnggal bersma ibu sya yg tnggal sendri krna ayah sya sudh meninggal,tetapi didkat rmah ibu sya ada saudara2 sya.suami sya ingin mengajak sya ikut dia tetapi ibu dan saudara2 sya keberatan sya ikut suami sya.apa yg harus sya lakukan pak ustaz mengikuti ibu sya atau mngikuti suami sya?
    Waalaikumsalam

  43. Kinara says:
    11 years ago

    Assalamualaikum ustad saya mau tanya beberapa hal:
    1. Setelah menikah suami saya mengutang kepaa bank cukup banyak, Karena ibunya minta untuk menafkahi Ibu nya dan adeknya yg janda anak satu. Akibat utang itu suami saya tidak memberikan nafkah kepada saya dan anak saya.akibat kejadian Ini saya Jadi begitu sejak sama suami saya yg tidak punya pendirian dan mertua saya yg Seharusnya mengerti Kalo saya dan suami saya men butuhkan uang Karena kami hidup berjauhan. Hal Ini selAlu Jadi perlengkapannya kami, Karena selama utang belum lunas saya yg harus menafkahi keluarga sedangkan orangtua saya pun men butuhkan bantuan saya. Apakah Kalo Dengan kejadian saya Jadi begitu kesal sama mertua saya , saya salah? Apakah saya berhak minta cerai?
    2. Saya berniat ikut pindah kerja ke tempat suami sya, saya Sudah mengajukan surat pindah ke Kantor saya.tp belum disetujui. Kalopun saya berhenti kwrja , saya masih trauma Jika mertua saya ikut campur Lagi Dalam keuangan kami.. Sedangkan gaji suami saya belum Bisa mencikupi kebutuhan suami. Apakah saya salah , Kalo saya tetep milih berjauhan sampe saya Bisa mengumpulkN modal usaha..?aehingga saya punya pegangan buat bantu orangtua saya?
    Terimakasih sebelumnya ustad
    wassalamualaikum wr wb

  44. pancha says:
    11 years ago

    Pak usztad,saya mau tanya…
    Saya sudah menikah hampir 1 thun…memang sblum saya menikah ortu kurang setuju Hub kami dikrenakan suami belum bekerja dan suami masih terlilit hutng…tapi dengan kegigihannya akhirnya kami menikah tapi dengan syrat saya tidak boleh ikut suami dikarenakan rmh ortu suami trlalu jauh dan suami Msh terlilit hutng…akhirnya kami tinggal drumah ortu sya…semenjak kami tinggal drumah ortu, sya blm pernah diberi nafkah dengan alasan suami blm bekerja…suami sya skg plg krmh ortunya karena dia ingin menyelesaikan hutngnya…semenjak dia plg sya tidak pernah sekalipun diberi nafkah dikarenakan suami sya tidak mau memberi nafkah jika saya tidak ikut dengannya…yang ingin sya tnyakan..
    1.wajibkah saya ikut suami tapi sebelum kita menikah sudah ada perjanjian bahwa sya tidak akan dibawa suami tinggal dgn ortunya dikrenakan rmh suami trlalu jauh dan suami Msh dililit hutng…
    2.jalan apa yang harus sya tempuh untuk menyelesaikan masalah ini???apakah sya harus pisah dengan suami???

  45. zatul says:
    11 years ago

    Assalamualaikum,
    Saya bingung pilih tempat tinggal pak ustad, ibu saya meninggal, dirumah ada nenek yng biasa ngurusin bpk sama adek saya, saya baru nikah dan lebih banyak tinggal dirumah suami saya yang satu kota dengan rumah saya. Sekarang adik nya ibu saya meninggal, dan nenek yang biasa ngurusi bpk saya bilang ke saya kalau di tidak sanggup ngurusi dua keluarga, dan saya diminta pulang kerumah ,sedangkan suami kurang begitu setuju karna tempat tinggal mertua lebih dekat dg pekerjaan suami. Saya bingung pak ustad harus bagaimana? Minta tolong pak ustadz untuk solusi nya

  46. yanti says:
    11 years ago

    Ustadz tolong bantuannya ustadz . Saat ini saya sedang hamil 8bln . Suami saya baru saja bekerja dan penghasilannya tidak cukup untuk melunasi hutang2 selama suami menganggur . Saran dr ortu saya harus kerja setelah melahirkan nanti untuk mempersiapkan masa depan anak dll . Dan setelah lahir anak saya ingin diurus ortu saya. Tp suami tidak setuju dan tidak mengijinkan saya bekerja . Padahal nafkah dr suami jika di manage tidak cukup untuk bayar hutang yg ada. Apalagi dengan bertambahnya anggota keluarga. Kebutuhan semakin meningkat. Untuk kebutuhan sehari2 saja masi suka berhutang. Bagaimana ustadz apa yg harus saya lakukan? Apakah saya harus diam dirumah dan mengurus anak ssuai kemauan suami yg nantinya akan menyebabkan konflik antara saya dan ortu saya serta menyebabkan hutang kami semakin bertambah ustadz? Tolong pencerahannya ustadz.saya sangat stress dan tertekan dgn permasalahan ini ?

  47. elyzsa says:
    11 years ago

    assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh
    ustadz, bagaimana hukumnya jika orangtua tidak menyukai suami sy, dan lebih senang jika sy bercerai dr suami, mana yg harus sy dahulukan, permintaan suami atau orangtua.
    Lalu apakah dalam hukum islam ada hal2 atau kondisi2 tertentu yg menyebabkan kewajiban sy taat pada org tua menjadi lebih penting drpd taat pada suami ? Misal sikap suami yg kurang baik atau hal2 yg lain. Jika ada, mohon penjelasannya.

  48. ustadzaris says:
    11 years ago

    @elyzsa
    Utamakan suami anda, pertahankan keutuhan rumah tangga anda.

  49. Aliyanto says:
    11 years ago

    selamat malam saya aliyanto ustadz, saya anak pertama dari 2 bersaudara saya akan menikah dengan seorang gadis anak kedua dari 2 bersaudara rumah saya di abnyuwangi dan calon istri rumah di ponorogo. orang tua saya menginginkan ketika sudah menikah saya dan istri saya tinggal dibanyuwangi karena beliau ingin saya yg merawat ketika sudah tua. sedangkan orang tuan calon istri saya menginginkan kalau saya menikahi anaknya kami diminta tinggal diponorogo karena dia juga berkeinginan dirawat karena punya penyakit. pertimbangan yang terakhir saya sekarang bekerja diperusahaan swasta dijakarta sedang meniti karir dan calon istri bekerja jadi guru di malang. bagaimana kiranya yang harus saya putuskan, jujur saya bingung dengan hal inii
    mohon pencerahaanya. terima kasih.

  50. Ezki says:
    11 years ago

    Assalamualaikum.. ustadz, saya menikah dengan duda beranak 2, Dan saya menikah dengan suami saya saat saya mengandung anaknya, selama pernikahan saya, saya tidak permasalahkan materi. Orang tua saya mengingkan saya bercerai dari suami saya karna, keluarga suami tdk menjenguk saya saat melahirkan, tdk hadir dalam acara aqiqahan, dan pernah berucap bahwa harus na saya hamilny nanti klo anak suami saya sudah besar. Disamping itu sifat suami yg buat keluarga saya mengingkan untuk bercerai. Suami saya tidak ingin membaur dgn keluarga, lebih perhatian sama anak dr pernikahan sebelumnya sementara anak kami yg kecil sakit, sampai saat aqiqah dia telat dtg ke acara karna melanjutkan tidur, dia masih berhubungan dgn mantan na, saat kami pacaran, trnyata suami sempar mengajak hub intim mantan istrinya dan kebohongan lainnya saya bru mengetHui setElah kami menikah. Saya hanya mengharapkan perhatian dr dia baik ke saya dan anak na yg kecil, klo saya tdk ajak main anaknya yg ke 2, anAk saya g akan d anggap. Jatuhnya dendam ustadZ. Dengan alasan ini apa boleh saya meminta cerai dari suami saya?

Previous
Next

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Recommended Stories

Manfaat Bagi Mayit, Kiriman Pahala Baca al-Quran

Manfaat Bagi Mayit, Kiriman Pahala Baca al-Quran

19 December 2015
Tidak Jadi Safar Karena Ramalan Cuaca

Tidak Jadi Safar Karena Ramalan Cuaca

13 February 2015
nama setan asyhab

Asyhab, Nama Setan

15 January 2015

Popular Stories

  • acara 17 agustus

    Hukum Acara Agustusan

    3924 shares
    Share 1570 Tweet 981
  • Apakah Halaman Masjid Termasuk Masjid?

    2848 shares
    Share 1139 Tweet 712
  • Ucapan "Alhamdulillah ‘ala Kulli Hal"

    2721 shares
    Share 1088 Tweet 680
  • Potongan Badan, Dikubur atau Dibuang

    2270 shares
    Share 908 Tweet 568
  • Bulu Wajah

    1920 shares
    Share 768 Tweet 480
Tegar Di Atas Sunnah

Official website ustadz DR. Aris Munandar, MPi.

Bantu dakwah kami berkembang dengan cara share dengan mencantumkan sumber link. Jazakumullah khairan

Recent Posts

  • Selamat Idul Fitri 1444 H / 2023 M
  • Pernikahan Sebagai Tanda Kekuasaan Allah
  • 60 Amalan Shalih yang Bisa Dilakukan di Bulan Ramadhan

Categories

  • Adab
  • Aqidah
  • Bimbingan Islam
  • Fiqih
  • Info
  • Kajian Audio
  • Keluarga
  • Kisah
  • Konsultasi
  • Manhaj
  • Mu'amalah
  • Nasehat
  • Puasa
  • Ramadhan
  • Blog
  • Home
  • Rekaman Kajian
  • Subscription
  • Jadwal Kajian Rutin
  • Tanya Ustadz
  • BlogMap
  • About

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Blog
  • Home
  • Rekaman Kajian
    • Kajian Umum
    • Kajian Kitab
      • Kajian Kitab Ahkaamusy-Syitaa’
      • Kajian Kitab Fiqhul-Hasad
  • Subscription
  • Jadwal Kajian Rutin
  • Tanya Ustadz
  • BlogMap
  • About

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.