Penjelasan Syeikh Yahya Al Hajuri hafizhohullah
الفرق بين المنهاج و العقيدة
السؤال: ما معني المنهاج و ما الفرق بينه و بين العقيدة؟
Syaikh Yahya bin Ali al Hajuri pernah mendapatkan pertanyaan sebagai berikut, “Apa makna manhaj? Apa perbedaan antara manhaj dan akidah?”
الإجابة:
الله عز و جل يقول: اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلا مَا تَذَكَّرُونَ (الأعراف:3)
Jawaban Syaikh Yahya al Hajuri,
“Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti berbagai sesembahan selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)” (QS al A’raf:3).
ويقول سبحانه: لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ (النساء:165)
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu”(QS an Nisa:165).
و يقول سبحانه: وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (النساء:١١٥)
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS an Nisa:115).
و أدلة من هذا الباب كثير. كلها تدل على اتباع كتاب الله و سنة رسوله و أن الكتاب و السنة على فهم السلف الصالح
Dalil-dalil yang semakna dengan dalil di atas sangat banyak. Seluruhnya menunjukkan kewajiban untuk mengikuti al Qur’an dan sunah rasul-Nya dan al qur’an dan sunah itu dipahami sebagaimana pemahaman salafus saleh.
هما معتقد أهل السنة و هما منهج أهل السنة فتؤخذ العقيدة و المنهاج و الأخلاق و الآداب و المعاملات و الولاء لأهل الحق و البراء من أهل الباطل كل بحسبه … من كتاب الله و سنة رسوله.
Al Qur’an dan Sunnah adalah sumber akidah ahli sunnah dan keduanya adalah manhaj (jalan) ahli sunah. Akidah, manhaj, akhlak, adab, muamalah, loyalitas kepada pembela kebenaran dan memusuhi para pengusung kebatilan – masing-masing pengusung kebatilan itu dimusuhi sebanding dengan kadar kebatilan yang mereka usung- seluruhnya diambil dari al Qur’an dan sunah rasul-Nya.
و أحسن كتاب في العقيدة هو كتاب الله عز و جل و صحيح سنة رسول الله- صلى الله عليه و سلم – و ليس فيهما دليل إلا و هو يؤيد منهج أهل السنة و عقيدة أهل السنة و يدفع و يدمغ الباطل و أهله من الذين زاغوا و زلت أقدامهم و طاشت أفهامهم من ذوي الأهواء.
Sebaik-baik buku akidah adalah al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sahih. Tidak ada satupun dalil yang ada dalam al Qur’an dan Sunnah melainkan menguatkan manhaj dan akidah Ahli Sunnah serta meluluhlantakkan kebatilan dan para pengusungnya. Itulah para pengekor hawa nafsu yang menyimpang, tergelincir dan memiliki pemahaman yang menyimpang.
فنعم، إن العقيدة و منهج كتاب الله و سنة رسوله الذي سار عليه السلف الصالح من الصحابة و من بعدهم، واحد.
Sesungguhnya akidah dan manhaj al Qur’an dan Sunnah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang dipahami oleh salafus saleh dari kalangan sahabat dan orang-orang sesudahnya adalah suatu hal yang sama.
و أن التقسيم فيه النظر، و أن العقيدة هي التى اعتني بها السلف و سموا كتبهم السنة و يعنون بذلك معتقد أهل السنة و سموها أيضا العقيدة كالعقيدة الواسطية و العقيدة الطحاوية و عقيدة السلف. و يأتون في تلك الكتب بآيات و أحاديث و آثار ترد على ذوي الأهواء و يسمونها العقيدة.
Membedakan akidah dan manhaj adalah suatu hal yang tidak tepat. Akidah-lah yang menjadi pusat perhatian ulama salaf. Mereka menamai buku-buku karya mereka dengan Sunnah dan yang mereka maksud dengan istilah Sunnah di sini adalah akidah Ahli Sunnah. Memang sebagian ulama menamai buku karya mereka dengan nama akidah semisal Akidah Wasithiyyah, Akidah Thahawiyyah dan Aqidah al Salaf. Dalam buku-buku tersebut mereka bawakan berbagai ayat, hadits dan atsar salaf yang mengandung bantahan terhadap ahli bid’ah. Itulah yang mereka sebut dengan akidah.
و الله جل جلاله أمرنا بأمرين اتباع كتاب الله و سنة رسوله و فهم السلف الصالح
Allah memerintahkan dua hal kepada kita yaitu mengikuti al Qur’an dan sunah serta mengikuti pemahaman salafus saleh.
قال الله تعالي: وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (النساء:١١٥)
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali” (QS an Nisa:115).
و قال عز من قائل: هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ (التوبة:٣٣)
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dialah yang telah mengutus rasulNya dengan membawa alhuda atau petunjuk dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama” (QS at Taubah:33).
و قال صلى الله عليه و سلم : انما بعثت لأتمم صالح الأخلاق (رواه ابن سعد في الطبقات و البخاري في الأدب المفرد و الحاكم في المستدرك و البيهقي في شعب الإيمان عن أبي هريرة).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR Ibnu Saad dalam al Thabaqat, al Bukhari dalam al Adab al Mufrad, al Hakim dalam al Mustadrak dan al Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari Abu Hurairah).
و الهدي كتاب الله و سنة رسوله صلى الله عليه و سلم علي فهم السلف الصالح رضوان الله عليهم.
Yang dimaksud dengan al huda dalam ayat di atas adalah al Qur’an dan sunah rasul-Nya sebagaimana pemahaman salafus saleh.
فهذا هو المعتقد الصحيح و هو المنهج الصحيح الذي سار عليه سلفنا بغير التفريق بينهما و لا دليل على التفريق من كتاب الله ولا من سنة رسوله صلى الله عليه و سلم.
Inilah akidah yang benar dan itulah manhaj yang benar. Di atasnyalah para ulama salaf berjalan tanpa ada pembedaan antara akidah dengan manhaj. Tidak ada dalil dari al Qur’an dan sunah yang membedakan pengertian antara keduanya”.
أسئلة أهل السنة بسقطري-1 بتاريخ 13 محرم 1423 هـ دماج- دار الحديث.
Jawaban Syaikh Yahya di atas terdapat dalam kaset pertama yang berisi pertanyaan-pertanyaan Ahlu Sunnah yang tinggal di daerah Saqthari yang diajukan kepada beliau pada tanggal 13 Muharram 1423 di Darul Hadits Dammaj.
الكنز الثمين في الإجابة عن أسئلة طلبة العلم و الزائرين، المجموعة الأولي، المجلد الأول أجاب عنها فضيلة الشيخ أبو عبد الرحمن يحي بن علي الحجوري ص161-163 دار الكتاب و السنة: عين شمس الشرقية- القاهرة- مصر
Fatwa di atas saya baca dan saya dapatkan di sebuah buku kumpulan fatwa-fatwa Syaikh Abu Abdurrahman Yahya bin Ali al Hajuri yang berjudul al Kanzu al Samin fi al Ijabah ‘an as-ilah Thalabah al Ilmi wa al Zairin, seri pertama, jilid kesatu halaman 161-163, penerbit Darul Kitab was Sunah Kairo, Mesir.
Catatan:
Berdasarkan penjelasan di atas tidak ada dalil dari al Qur’an dan sunah yang membedakan pengertian akidah ahli sunah dengan manhaj ahli sunah. Sehingga manhaj (baca: jalan) ahli sunah adalah akidah ahli sunah itu sendiri.
Sebagaimana sering kita dengar bahwa akidah adalah pondasi bagi bangunan agama yang lain. Demikianlah makna manhaj.
Oleh karena itu orang yang membedakan antara pengertian akidah dan manhaj maka itu sekedar istilah yang dibuat oleh orang tersebut dan orang-orang yang menerima pendapatnya.
Jika pembedaan antara dua hal ini dianggap sebagai bagian dari pengertian agama maka kita wajib bertanya apa dalil dari al Qur’an dan sunah yang membedakannya?
Renungan:
Banyak pihak yang menjadikan ‘manhaj ahli sunnah’ sebagai disiplin ilmu dan mata pelajaran tersendiri terpisah dari akidah dengan buku-buku tertentu sebagai buku pegangannya. Namun jika kita telaah buku-buku yang membahas tahapan dan ilmu apa saja yang seharusnya dikaji dan dipelajari oleh orang yang hendak serius belajar agama semisal Kitabul Ilmi karya Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah dan Hilyah Thalib al Ilmi karya Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah tidak kita jumpai bahasan tentang disiplin ilmu ‘manhaj ahli sunnah’ dan buku-buku pegangannya.
Artikel www.ustadzaris.com
Assalaamu’alaykum.
Ustadz, apa pendapat antum tentang jawaban syaikh Al-Fauzan berikut yang menjelaskan bahwa manhaj berbeda dengan aqidah sebab manhaj itu lebih umum:
س 44 : هل هناك فرق بين العقيدة والمنهج ؟
جـ/ المنهج أعم من العقيدة، المنهج يكون في العقيدة وفي السلوك
والأخلاق والمعاملات وفي كل حياة المسلم، كل الخِطة التي يسير عليها المسلم تسمى المنهج .
أما العقيدة فيراد بها أصل الإيمان، ومعنى الشهادتين ومقتضاهما هذه هي العقيدة .
الكتاب : الأجوبة المفيدة عن أسئلة المناهج الجديدة
1.) bagaimana dengan orang2 yg membeda2kan ulama : ‘yang spesialis masalah Fiqh’ dan ‘yg spesialis masalah manhaj dan aqidah’
Sehingga, ketika ada perselisihan dalam perkara manhaj salaf, orang2 tsb mencukupkan bertanya kpd lama’ yg khusus memperdalam manhaj dan aqidahnya karena ulama’ yg lain hanya faqih dlm masalah fiqh saja dan terkesan menganggap kurang kokoh manhaj yg dipegangnya…
2.) Terdengar oleh saya dengan istilah ‘Bapak Salafiyyin zaman ini’ , apa ada masalah dgn istilah ini ? yg menetapkan beliau sebagai Bapaknya siapa ? bahkan Setahu saya ada yg lebih senior dari beliau…
3. ) Terkejut juga, ternyata nama besar Syaikh Jibrin rahimahullah pun sudah di black lisk oleh mereka krn membela Sayyid Qutb.
Apakah sedemikian ketatnya hingga penyeleksian ulama’ yg punya pendapat lain dari ulama’ yg mereka ‘bapakkan’ , dihukumi keluar dari manhaj salaf ? Apa ini di dapati ulama2 terdahulu ? padahal ma’ruf nama2 besar seperti Ibn Hajar dan Imam Nawawi yg menta’wil sifat Allah masih dalam lingkup ahlussunnah.
mohon maaf kalo kurang sesuai dgn topik. barakallahufiikum
assalamu’alaikum
ustadz, ana pernah baca buku ” jadilah salafi sejati ” , disana ada catatan kaki oleh syaikh fauzan yang menyebutkan bahwa manhaj cakupannya lebih luas dari akidah
Untuk Abdullah
Sebagai tambahan, perlu saya sampaikan bahwa Syaikh Shalih al Fauzan men-tazkiyah Syaikh Ibnu Jibrin.
Syaikh Ali al Halabi mengatakan:
فماذا أنتُم (!) قائلُونَ -وَفَّقَنَا اللهُ وإيَّاكُم للصَّدْعِ بالحقِّ- في تزكيةِ الشيخِ صالحِ الفوزان للشيخِ ابنِ جِبرين؟!
وماذا أنتُم قائلُونَ بتزكيةِ سماحةِ المُفتِي الشيخ عبد العزيز بن عبد الله آل الشيخ له -ولا أُريدُ أنْ أقولَ: لسيِّد قُطْب-!!!
“Apa yang kalian katakan-semoga Allah memberi kita kemampuan untuk menyampaikan kebenaran-tentang tazkiyyah Syaikh Shalih al Fauzan terhadap Ibnu Jibrin?
Apa yang kalian katakan dengan tazkiyah Samahatul Mufti Syaikh Abdullah Aziz bin Abdullah Alu Syaikh padanya (yaitu Sayid Quthb), aku tidak ingin mengatakan “pada Sayid Quthb” (dalam bahasa Arab, dhamir bisa mengandung makna ‘merendahkan’, pent)”
Lihat http://www.alhalaby.com/play.php?catsmktba=1929
Simpulan:
Hendaknya pendapat ulama ahli sunnah yang menurut penilaian ilmu kita- yang tentu sangat terbatas-adalah penilaian yang keliru tidak menyebabkan kita mencela ulama tersebut selama kita tahu secara pasti bahwa beliau adalah ulama yang membela dan memperjuangkan akidah ahli sunnah.
Untuk Abu
Perlu diketahui adanya pendapat lain selain penjelasan Syaikh Shalih al Fauzan dalam hal ini sebagaimana tulisan di atas.
Perlu ditelaah, apakah pendapat Syaikh Shalih al fauzan adalah pembagian syar’i ataukah pembagian istilah (kesepakatan pihak-pihak tertentu)? Jika itu pembagian syar’i apa dalil untuk pembagian tersebut?
Ustadz, ana tidak bisa jawab pertanyaan antum. Ana jadi bingung stadz, maklum pemula. Oya stadz, kalau pembagian tauhid jadi tiga/dua itu, itu termasuk pembagian syar’i atau pembagian istilah [menurut kesepakatan pihak2 tertentu]? tolong sebutkan juga alasannya stadz…mudah2an ana bisa jadi lebih paham…Jujur stadz, ana bingung tentang perbedaan antara “pembagian syar’i” dengan “pembagian istilah”…Jazaakallahu khair…
Untuk Abu
Pembagian tauhid itu berdasarkan dalil yang ushul fiqh disebut istiqra’
Assalamu’alaykum,
Ustadz, benarkah informasi yg ada di dalam blog ini ttg Syaikh Yahya Al Hajuri
Untuk Aufit
Wa’alaikumussalam
Sebatas pengetahuan kami baik pihak yang berkomentar ataupun yang dikomentari seluruh mereka adalah diantara masyayikh atau ulama ahli sunnah terlepas dari adanya perselisihan faham di antara sesama mereka.
tolong baca link berikut ini:
https://ustadzaris.com/kapan-seseorang-disebut-ahli-bidah
para ulama atau ahli ilmu adalah manusia biasa. Karena faktor-faktor sifat manusia tersebut boleh jadi terjadai keributan diantara mereka yang tidak menutup kemungkinan adanya pihak-pihak yang bersikap melampaui batas dalam menghadapi perselisihan tersebut.
Saya sarankan untuk lebih menyibukkan diri dengan ilmu, mengamalkan ilmu dan mendakwahkannya.