Berikut ini adalah transkip dan terjemah dari salah satu bagian ceramah Syeikh Abdul Aziz ar Rais. Materi ini beliau sampaikan pada tanggal 2 Jumadil Ula 1428 H di salah satu masjid di Uni Emirat Arab. Judul ceramah beliau adalah at Tahdzir min al Ghuluw fit Takfir (Peringatan dari Sikap Berlebih-lebihan dalam Memberikan Vonis Kafir. Pada menit 57:47 sampai 1:02:55 beliau membahas salah satu sebab yang menjerumuskan seseorang dalam kekafiran. Lengkapnya adalah sebagai berikut.
Dalam bagian ini beliau membahas status seorang muslim yang melakukan kemusyrikan seperti memberi sesaji untuk selain Allah. Orang semacam ini apakah masih kita nilai sebagai seorang muslim sehingga sah shalat berjamaah yang kita lakukan dengan bermakmum kepadanya dan hewan yang dia sembelih. Ataukah orang semacam ini dinilai sebagai orang musyrik sehingga kita tidak boleh bermakmum kepadanya dan tidak boleh memakan hewan sembelihannya.
Ø§Ù„Ø¯Ø§ÙØ¹ السادس: Ùˆ ذكره ابن القيم ÙÙŠ Ù…ÙØªØ§Ø دار السعادة Ùˆ ذكره ÙÙŠ مدارج السالكين الآ Ùˆ هو الجهل. الجهل سبب من أسباب Ø§Ù„ÙƒÙØ± لكن انتبه ÙÙŠ ØÙ‚ من لم يدخل ÙÙŠ الإسلام لو أن يهوديا أو نصرانيا لم يدخل ÙÙŠ الإسلام جهلا بالإسلام هل يعتبر مسلما؟ لا يعتبر مسلما, يعتبر ÙƒØ§ÙØ±Ø§.
Syeikh Abdul Aziz ar Rais mengatakan, “Sebabnya kekafiran yang keenam adalah apa yang disebutkan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab beliau, Miftah Dar al Sa’adah dan Madarij al Salikin yaitu kebodohan. Kebodohan tentang agama adalah salah satu sebab kekafiran akan tetapi- ingat- untuk orang yang tidak masuk ke dalam Islam. Artinya jika ada orang Yahudi atau Nasrani yang tidak masuk Islam karena tidak tahu (bodoh) dengan Islam maka apakah dia dinilai sebagai seorang muslim? Jawabannya tentu dia tidak dianggap sebagai seorang muslim namun dianggap sebagai orang kafir.
قال تعالى: Ùˆ إن Ø£ØØ¯ من المشركين استجارك ÙØ£Ø¬Ø±Ù‡ ØØªÙŠ ÙŠØ³Ù…Ø¹ كلام الله. سماه مشركا قبل أن يسمع كلام الله. هذا هو ÙƒØ§ÙØ± أصلي.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan jika ada seorang musyrik yang meminta perlindungan kepadamu maka lindungilah dirinya sehingga dia bisa mendengar firman-firman Allah†(QS at Taubah:6).
Ùˆ خرج مسلم من ØØ¯ÙŠØ« أبي هريرة, قال – صلي الله عليه Ùˆ سلم-: والذي Ù†ÙØ³ÙŠ Ø¨ÙŠØ¯Ù‡ لا يسمع بي يهودي Ùˆ لا نصراني ثم لم يؤمن بي إلا أدخله الله النار.
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya tidak ada seorang pun Yahudi ataupun Nasrani yang mendengar keberadaanku kemudian dia tidak beriman kepadaku kecuali pasti Allah akan memasukkannya ke dalam nerakaâ€.
سماه يهوديا Ùˆ نصرانيا Ùˆ ØÙƒÙ… عليه بالنار الذي سمع به. أما الذي لم يسمع به Ùلم ÙŠØÙƒÙ… عليه بالنار Ùˆ هو يهودي Ùˆ نصراني. ÙØ§Ù†ØªØ¨Ù‡ إلي هذا الأمر المهم, كل من لم يدخل الإسلام من اليهود Ùˆ النصاري Ùˆ المجوسيين وغيرهم, هم ÙƒÙØ§Ø± ØØªÙŠ Ùˆ لو كانوا جهالا. لكن, هل هم ÙÙŠ النار أم لا؟ هذا أمره إلي الله. هو يمتØÙ† يوم القيامة. أما من يسمع بدين الرسول Ùˆ عر٠و أصر علي ÙƒÙØ±Ù‡ Ùمصيره النار. أما من لا Ùمصيره إلي الله يمتØÙ†Ù‡ الله يوم القيامة.
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyebut orang tersebut sebagai Yahudi atau Nasrani dan beliau vonis dengan neraka jika dia telah mendengar keberadaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan non muslim yang belum mendengar dakwah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak beliau vonis dengan neraka namun tetap disebut sebagai Yahudi atau Nasrani. Perhatikanlah perkara yang penting ini yaitu bahwa semua orang yang tidak masuk Islam baik Yahudi, Nasrani, Majusi ataupun yang lainnya adalah orang kafir meski mereka itu bodoh/tidak mengerti tentang Islam. Akan tetapi apakah orang semacam ini di neraka atau tidak maka itu sepenuhnya terserah Allah. Allah akan menguji mereka pada hari Kiamat. Sedangkan orang yang telah mendengar dan mengenal Islam namun tetap bertahan dalam kekafirannya maka tempat kembalinya adalah neraka. Sedangkan orang yang tidak mengenal Islam maka tempat kembalinya di Akherat itu terserah Allah. Allah akan mengujinya pada hari Kiamat nanti.
إذا قال: والذي Ù†ÙØ³ÙŠ Ø¨ÙŠØ¯Ù‡ لا يسمع بي يهودي Ùˆ لا نصراني ثم لم يؤمن بي إلا أدخله الله النار. معناه أن من لم يسمع بي ليس كذلك.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, “Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya tidak ada seorang pun Yahudi ataupun Nasrani yang mendengar keberadaanku kemudian dia tidak beriman kepadaku kecuali pasti Allah akan memasukkannya ke dalam nerakaâ€. Artinya orang yang belum pernah mendengar dakwah Nabi itu nasibnya tidaklah demikian.
بإجماع أهل العلم ليس المراد مجرد السماع من غير الÙهم, كما ØÙƒØ§ الشيخ Ø¥Ø³ØØ§Ù‚ بن عبد الله بن ØØ³Ù†. Ùˆ إنما المراد السماع المصØÙˆØ¨ بالÙهم.
Para ulama bersepakat bahwa yang dimaksud dengan ‘mendengar’ dalam hadits ini bukanlah semata-mata mendengar yang tidak diiringi dengan kepahaman. Ijma ini diceritakan oleh Syeikh Ishaq bin Abdullah bin Hasan. Sehingga yang dimaksud dengan ‘mendengar’ di sini adalah mendengar yang diiringi dengan kepahaman.
لذلك إذا جاء مسلم إلي رجل لا يعر٠لغة العربية Ùˆ قرأ عليه القرآن Ùˆ Ø´Ø±Ø Ø¹Ù„ÙŠÙ‡ الإسلام Ùˆ لكن لا ÙŠÙهم ما يقول, هل سمعه هذا Ø§Ù„ÙƒØ§ÙØ±ØŸ سمعه لكن لا ÙŠØµØØ¨ السماع Ùهم .إذا المراد السماع المصØÙˆØ¨ بالÙهم, لكن ما الÙهم المراد؟ هل المراد لا بد أن ÙŠÙهم Ùهم أبي بكر Ùˆ عمر؟ هذا لم يكن به Ø£ØØ¯. Ùˆ إنما المراد أن ÙŠÙهم Ùهما يدرك به الخطاب.
Oleh karena itu, jika ada seorang muslim yang menemui orang kafir yang tidak tahu menahu tentang bahasa Arab lalu dia bacakan kepada orang kafir tersebut al Qur’an dan dia jelaskan kepadanya ajaran Islam dengan bahasa Arab, maka tentu orang kafir tersebut tidak faham dengan apa yang dikatakan oleh si muslim. Apakah orang kafir ini dinilai telah ‘mendengar’? Orang kafir tersebut telah mendengar namun ‘mendengarnya’ tidak diiringi dengan kepahaman. Jadi mendengar yang dimaksudkan adalah mendengar yang diiringi dengan kepahaman. Akan tetapi kepahaman seperti apakah yang dimaksudkan dalam hal ini? Apakah yang dimaksudkan adalah kepahaman sebagaimana kepahaman Abu Bakar dan Umar? Tentu tidak ada orang yang bisa semacam ini. Kepahaman yang dimaksudkan adalah memahami makna perkataan yang disampaikan kepadanya.
هذا ÙÙŠ ØÙ‚ من؟ ÙÙŠ ØÙ‚ اليهود Ùˆ النصراني. لأن أمره إلي الله. هو الذي سيدخله النار أو لا يدخله النار. الله أعلم به. Ùˆ إنما الإشكال يأتي Ùيما بعد هذا. Ùˆ هو الرجل المسلم الذي تلبس Ø¨Ø§Ù„ÙƒÙØ± أو الشرك جهلا. هل يعتبر مشركا أو ÙƒØ§ÙØ±Ø§ØŸ
Ketentuan ini berlaku untuk Yahudi dan Nasrani karena nasib akhir mereka itu terserah kehendak Allah. Allahlah yang akan memasukkan mereka ke dalam neraka atau tidak memasukkan mereka ke dalam neraka. Allahlah yang lebih tahu. Namun yang jadi masalah adalah perkara berikut ini yaitu seorang muslim yang melakukan kekafiran atau kemusyrikan karena tidak tahu. Apa orang semacam ini dinilai musyrik ataukah kafir?
مثل هذه المسألة اختل٠Ùيها علماء عصرنا علي القولين. Ùˆ ذكر الإمام عبد العزيز بن عبد الله بن بازو الإمام Ù…ØÙ…د بن ØµØ§Ù„Ø Ø§Ù„Ø¹Ø«ÙŠÙ…Ù† Ùˆ العلامة Ø§Ù„Ù…ØØ¯Ø« مقبل بن الهادي الوادعي Ùˆ العلامة Ø§Ù„Ù…ØØ¯Ø« عبد Ø§Ù„Ù…ØØ³Ù† العباد إن ÙÙŠ هذه المسألة قولين عند أهل السنة. Ùˆ هي من المسائل الإجتهادية.
Masalah ini diperselisihkan oleh para ulama di zaman ini. Ada dua pendapat dalam masalah ini. Imam Abdul Aziz bin Baz, Imam Muhammad Sholih al Utsaimin, Allamah Muhaddits Muqbil bin Hadi al Wadi’i dan Allamah Muhaddits Abdul Muhsin al Abbad menyebutkan bahwa ahli sunnah memiliki dua pendapat dalam masalah ini. Jadi masalah ini termasuk masalah ijtihadi.
هذا أهم ما ينبغي أن نعرÙÙ‡ لأن للأس٠قد ØØµÙ„ النزاع الكثير بين إخواننا ÙÙŠ العذر بالجهل Ùˆ عدم العذر بالجهل.
Inilah yang paling penting untuk kita ketahui karena sangat disayangkan terdapat perselisihan yang berkepanjangan di antara saudara-saudara kita, sesama ahli sunnah tentang apakah pelaku kemusyrikan karena tidak tahu itu dimaafkan ataukah tidak.
Ùˆ الذي يهمني أن تÙهم أن ÙÙŠ المسألة قولين عند أهل السنة ÙØ¹Ù„ÙŠ هذا لا ينبغي لك أن لا تشنع علي Ùˆ لا ينبغي لي أن أشنع عليك. ندرسها كأي مسألة من غير ولاء ولا براء عليه, من غير ØØ¨ Ùˆ بغض Ùيها. Ùهي من جملة مسائل أهل العلم الاجتهادية كما نص علي هذا من تقدم ذكر أسمائهم.
Yang paling penting adalah anda mengerti bahwa dalam masalah ini terdapat dua pendapat di antara para ulama ahli sunnah. Karena itu tidak layak bagi anda untuk mencelaku dan tidak layak bagiku untuk mencela anda. Hendaknya kita kaji permasalahan ini sebagaimana permasalahan-permasalahan yang lain, tidak dijadikan sebagai tolak ukur kawan dan lawan atau tolak ukur cinta dan benci. Masalah ini adalah bagian dari masalah ijtihadi yang diperselisihkan oleh para ulama sebagaimana penegasan para ulama yang nama-nama mereka telah disebutkan di atas.
لأجل هذا لن أذكر المسألة, مسألة هل الجهل مانع من تكÙير المعين ØØªÙŠ Ù„Ø§ ندخل ÙÙŠ النزاعات اشتغل Ùيها الكثيرون لكن يهمني أهم شيء أن تÙهم أن ÙÙŠ المسألة قولين عند أهل السنة. Ùلا ينبغي أن نشغل Ø£Ù†ÙØ³Ù†Ø§ Ùيها.
Oleh karena itu, saya tidak akan membahas masalah ini yaitu masalah apakah ketidaktahuan itu termasuk faktor penghalang vonis kafir untuk individu tertentu ataukah tidak sehingga kita tidak masuk dalam kancah sengketa yang telah menyibukkan banyak orang. Namun yang paling penting adalah anda mengerti bahwa dalam masalah ini ada dua pendapat di antara kalangan ahli sunnah. Oleh sebab itu, janganlah kita menyibukkan diri kita dalam masalah iniâ€.




Assalaamu’alaykum
Jazaakallahu khair…
Ana mau tanya, Ustadz, manakah diantara dua pendapat tersebut yang rajih, setahu ana dari artikel diatas belum disebutkan…Dan tolong sebutkan pula, apa alasan rajihnya pendapat tersebut…
Wa’alaikumussalam
Saya sudah pernah menyebutkan pendapat yang paling kuat-insya Allah- dalam masalah ini di kolom komentar di situs ini. Tolong dilacak.
Ustadz, semua orang musyrik itu masuk neraka, kalau tidak masuk neraka mana dalilnya? sedangkan di dalam al-qur’an banyak sekali ayat2 yang menyatakan bahwa orang2 musyrik itu akan digiring ke neraka bersama pemimpin2 mereka. Â Karena sebenarnya fitrah manusia adalah lurus akan tetapi orang tua merekalah yang menjadikan mereka yahudi atau majusi, dan manusia dikaruniai Allah akal dan hati tetapi tidak mereka pergunakan dan Allah menutup hati dan pendengaran mereka. disamping itu Allah berjanji untuk memenuhi nereka jahannam dengan jin dan manusia. Wallahu a’lam
untuk muslim
Benar, orang yang musyrik dan mati sebagai musyrik maka dia kekal di neraka.
ustadz,,bgmn hukumnya menggunakan gelas atau kaos yg ada tulisan dan gambar2 bintang zodiak seperti misalnya gemini,cancer,dll…tp sama sekali tujuan menggunakan pakaian atau gelas itu bukan karena gambarnya atau tulisannya
#muslim
Kalo gambar makhluk bernyawa, tidak boleh.
Jika bukan itu boleh selama tidak menimbulkan salah faham.
Jika bisa menimbulkan salah faham maka wajib dijauhi.
Bismillah.
Afwan Ustadz, apakah sudah ada artikel yang membahas perbedaan makna istilah musyrikin dan kafirin?
Jika belum, apa perbedaan pengertian kedua istilah tersebut?
Jazakallah khair.