وسئل الشيخ محمد بن صالح العثيمين رحمه الله في فتاوى نور على الدرب : نعلم بأن التورك سنة صحيحة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ولكني لا أتورك إلا إذا كان موضع جلوسي يسمح لي وذلك خوفاً من أن أوذي المسلمين في الجلوس أفيدوني جزاكم الله خيراً؟
Pertanyaan, “Saya mengetahui bahwa duduk tawaruk itu berdasarkan hadits yang shahih dari Rasulullah akan tetapi dalam dataran praktik aku tidak pernah mempraktekkannya kecuali mana kala tempat yang ada longgar karena aku khawatir menyakiti kaum muslimin [baca: jamaah yang lain] jika aku memaksakan diri untuk duduk tawaruk padahal ruang yang tersedia sempit”
فأجاب :
التورك كما قال السائل سنة لكنه في التشهد الأخير من كل صلاة فيها تشهدان فيكون في المغرب ويكون في الظهر وفي العصر وفي العشاء أما الفجر وكل صلاة ثنائية فليس بها تورك
Jawaban Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, “Duduk tawaruk sebagaimana penuturan penanya adalah suatu hal yang Nabi ajarkan. Namun hal ini berlaku untuk tasyahud akhir pada shalat yang memiliki dua duduk tasyahud. Sehingga duduk tawaruk ada pada shalat Magrib, Zuhur, Ashar dan Isya. Sedangkan shalat subuh dan semua shalat yang jumlahnya hanya dua rakaat, tidak ada padanya duduk tawaruk.
والتورك يكون في التشهد الذي يعقبه سلام فلو قدر أن أحداً من الناس دخل مع الإمام في صلاة الظهر في الركعة الثانية فإنه إذا تشهد الإمام التشهد الأخير سيبقى على هذا المسبوق ركعة فلا يتورك في هذه الحال لأن توركه وإن كان تشهداً أخيراً بالنسبة لإمامه لكنه ليس تشهداً أخيراً بالنسبة له فلا يتورك فيه مع الإمام ولكنه إذا قضى مع الإمام الصلاة تورك…
Duduk tawaruk hanya berlaku pada tasyahud yang dilanjutkan dengan salam. Andai ada makmum maksud yang mengikuti shalat Zuhur saat imam melaksanakan rakaat kedua maka jika imam melakukan tasyahud akhir maka makmum masbuk tersebut masih kekurangan satu rakaat. Oleh karena itu, dalam kondisi tersebut makmum masbuk tidak duduk tawaruk karena saat itu meski terhitung adalah tasyahud akhir bagi imam namun bukanlah tasyahud akhir bagi makmum masbuk sehingga makmum masbuk tersebut tidaklah duduk tawaruk bersama imamnya. Namun jika dia sudah menyelesai kekurangan rakaatnya maka pada saat itu dia duduk tawaruk.
أما كون الإنسان لا يتورك إذا كان في الصف لئلا يؤذي غيره فهذا حق إذا كان هناك ضيق ولم يتمكن الإنسان من التورك إلا بأذية أخيه فإنه لا يتورك وهنا يكون ترك سنة اتقاء أذية.
Tidak mau duduk tawaruk dalam shalat berjamaah supaya tidak menyakiti jamaah yang lain adalah sikap yang benar jika memang ruang yang tersedia untuk duduk memang sempit sehingga tidak memungkinkan duduk tawaruk tanpa menyakiti orang yang ada di sampingnya. Dalam kondisi ini, tidak perlu duduk tawaruk. Sehingga berlaku dalam kondisi ini ‘meninggalkan amalan yang dianjurkan dalam rangka tidak menyakiti sesama muslim’”.
Sumber:
http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_5079.shtml
– سئل الشيخ صالح الفوزان – حفظه الله – : فضيلة الشيخ ، لو دخل رجل إلى الصلاة مع الإمام وهو مسبوق بركعتين مثلا ، فإذا سجد الإمام للتشهد الأخير وتورك فهو في حق المأموم الأول ، فهل الأفضل أن يتورك أو يفترش ؟
Pertanyaan, “Ada seorang makmum masbuk yang tertinggal dua rakaat misalnya saat imam duduk tawaruk untuk tasyahud akhir maka untuk makmum terhitung sebagai tasyahud awal. Bentuk duduk seperti apakah yang terbaik bagi makmum saat itu, tawaruk ataukah iftirasy?”
Jawaban Syaikh Abdul Muhsin al Abbad, “Jika imam sedang melaksanakan tasyahud akhir makmum masbuk itu tetap duduk sebagaimana bentuk duduknya imam dan jamaah yang lain yang tidak masbuk, sehingga dia duduk tawaruk. Demikianlah yang sejalan dengan sunnah Rasulullah. Jika imam duduk tawaruk maka semua makmum duduk tawaruk, termasuk di dalamnya makmum masbuk. Makmum masbuk ketika itu tidak boleh menganggap dirinya berada dalam tasyahud awal, sehingga yang dia baca adalah bacaan tasyahud terus salawat ditambah doa dan hendaknya dia memperbanyak doa hingga imam mengucapkan salam. Jadi makmum masbuk itu mengikuti imam dalam bentuk duduk dan bacaannya sehingga masbuk tersebut di samping membaca bacaan tasyahud juga membaca salawat dan memilih doa apa saja yang dia kehendaki. Demikianlah yang diajarkan oleh Rasulullah. Jadi makmum masbuk itu tidak hanya duduk lantas diam namun dia membaca sebagaimana bacaan imamnya”.
Sumber:
http://ar.islamway.net/fatwa/32933?ref=g-rel
Kayaknya ada dua pendapat ya ustadz, yang lebih kuat yang mana? syukron.
أما الفجر وكل صلاة ثنائية فليس بها تورك
“Sedangkan shalat subuh dan semua shalat yang jumlahnya hanya dua rakaat, tidak ada padanya duduk tasyahud.”, apakah maksudnya “duduk tawaruk” ustadz?
Lalu, di antara pendapat2 tersebut manakah pendapat yang lebih rajih? Baarakallahu fiik.
jadi, mengenai masalah ini Syaikh Abdul Muhsin mempunyai pendapat yang berbeda dari pendapat masyayikh yg lain yg disebut dalam tulisan ini?
#ed
Benar sekali.
#auf
Seharusnya ‘duduk tawaruk’. Kesalahan sudah saya perbaiki. Terima kasih atas masukannya.
Mungkin pendapat pertama dalam tulisan di atas adalah pendapat yang lebih kuat. wallahu a’lam.
afwan ustad bagaimana dengan hadits nabi : Ju’ilal imaamu liyu’tamabih” (HR. Bukhori). bagaimana cara penerapannya ? apakah kita mengikuti semua yang imam kerjakan dalam sholat tersebut karena ada hadit yang menyatakan apabila imam benar maka dia dapat pahala dan makmum dapat pahala dan apabila imam salah maka kesalahannya ditanggung imam dan makmum tetap dapat pahala sholatnya. jazakalloh atas jawabannya.
Assalamu`alaikum
Ana minta ijin ustadz untuk menampilkan artikel yang sama:
Posisi Duduk Masbuk (Ketika Imam Tahyatul Akhir)
19 Februari 2011
Posisi Duduk Masbuk (Ketika Imam Tahyatul Akhir)
Oleh Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain
Senin, 27 Oktober 2008 – 08:33:18
Hit: 5255
Sholat ditinjau dari jumlah raka’atnya terbagi dua :
a. Sholat dua raka’at seperti sholat Shubuh, rawatib dan lain-lainnya. Kalau sholat dua raka’at seperti ini, maka cara duduknya adalah duduk iftirasy, seperti duduk tasyahud awal dalam sholat lebih dari dua raka’at atau seperti duduk antara dua sujud yaitu kaki kanan ditegakkan dan duduk di atas kaki kiri. Ada dua hadits yang menjelaskan hal tersebut.
Pertama : Hadits ‘Abdullah bin Zubair, beliau berkata :
“Adalah Rasulullah r apabila beliau duduk dalam dua raka’at, beliau menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan yang kanan dan meletakkan ibu jarinya di atas jari tengah dan beliau berisyarat dengan telunjuknya dan beliau meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya dan telapak tangan kirinya menggenggam lututnya”. Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban -sebagaimana dalam Al-Ihsan 5/370 no.1943- dengan sanad yang hasan.
Kedua : Hadits Wail bin Hujr :
“Dan apabila ia duduk dalam dua raka’at beliau membaringkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan menegakkan jarinya untuk doa dan meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya …”. Dikeluarkan oleh An-Nasai 2/586-587 no.1158 dengan sanad yang shohih.
b. Sholat lebih dari dua raka’at seperti sholat Maghrib, Isya, Dhuhur dan Ashar. Sholat seperti ini punya dua tasyahud yaitu tasyahud awal dan tasyahud akhir, maka dia duduk pada tasyahud awal dengan duduk iftirasy dan pada tasyahud akhir dengan duduk tawarruk yaitu menegakkan kaki kanan dan memasukkan kaki kiri di bawah paha dan betis kanan dan pantat sebelah kiri menyentuh langsung ke tempat duduk.
Hal ini berdasarkan hadits Abu Humaid As-Sa’idy yang mana beliau menceritakan sifat sholat Nabi r di hadapan sepuluh orang shohabat dan mereka membenarkannya. Hadits Abu Humaid ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhory no.794, beliau berkata :
“Dan apabila beliau duduk pada dua raka’at, beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan yang kanan. Kemudian apabila beliau duduk di raka’at terakhir, beliau memajukan kaki kirinya dan menegakkan kaki yang lainnya dan beliau duduk di atas tempat duduknya”.
Rincian di atas merupakan pendapat Imam Ahmad sebagaimana dalam Masail Ibnu Hany hal.79, Al-Mughny 21/218 dan Majmu’ 3/430. Dan juga merupakan pendapat Ats-Tsaury, Ishaq dan Ashabu Ar-Ro’y.
Maka kalau seorang makmum masbuk pada sholat yang dua raka’at maka duduknya tiada lain kecuali duduk iftirasy .
Adapun kalau makmum ini masbuk dalam sholat yang lebih dari dua raka’at dan makmum yang masbuk mendapatkan Imam sudah duduk tasyahud terakhir, maka posisi makmum yang masbuk ini tidak lepas dari dua keadaan :
Pertama : Ia masbuk dua raka’at atau lebih.
Kedua : Ia masbuk satu raka’at.
Maka kalau makmum ini masbuk dua raka’at atau lebih maka duduknya adalah duduk iftirasy, sebab Rasulullah r dalam hadits Malik bin Al-Huwairiz riwayat Al-Bukhory no.605 bersabda :
“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat saya sholat”.
Dan dari keterangan yang tersebut di atas Nabi r pada dua raka’at duduknya adalah duduk iftirasy, berarti kalau ia mendapati Imam tasyahud terakhir dengan duduk tawarruk dan makmum ketinggalan dua raka’at atau lebih maka duduknya adalah duduk iftirasy tidak mengikuti Imam.
Adapun kalau makmum ini masbuk satu raka’at maka duduknya adalah duduk tawarruk sama dengan duduk Imamnya sebagaimana cara sholat Nabi r dalam sholat yang lebih dari dua raka’at dalam keterangan yang telah disebutkan diatas. Wallahu A’lam.
Faidah :
Saya pernah mendengar Syaikhuna Al-‘Allamah Al-Muhaddits dari negeri Yaman Syaikh Muqbil bin Hady Al-Wadi’y -rahimahullah- beliau berkata : “Ada sebagian orang berpendapat bahwa kalau seseorang masbuk dua raka’at kemudian ia mendapati Imam duduk tasyahud terakhir maka ia duduk tawarruk seperti duduknya Imam dengan dalil hadits Abu Hurairah Riwayat Bukhory-Muslim :
“Sesungguhnya Imam itu dijadikan untuk diikuti”.
Lalu Syaikh Muqbil berkata : “Tapi yang nampak bagi saya bahwa si masbuk ini tetap duduk iftirasy”.
Jelaslah bahwa apa yang dijelaskan di atas sesuai dengan fatwa Syaikh Muqbil ini. Hal tersebut disebabkan karena hadits : “Sesungguhnya Imam itu dijadikan untuk diikuti” adalah hadits yang umum sedangkan hadits Malik bin Al-Huwariz adalah hadits yang lebih khusus darinya. Maka hadits Malik lebih didahulukan. Wal ‘Ilmu ‘Indallah.
Sumber :
http://an-nashihah.com/index.php?mod=article&cat=M
[edited]
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Ustadz –rahimakallâh–, ada yang ingin saya tanyakan (karena masih terdapat isykal), mengenai:
Pada artikel lain (www.Firanda.com/index.php/konsultasi/fiqh/55-cara-duduk-tasyahhud-terakhir-sholat-subuh) dijelaskan:
Lalu, bagaimanakah sifat duduk tasyahud akhir pada shalat-shalat lainnya (yang lebih dari dua rakaat) yang hanya terdapat satu kali tasyahud padanya, seperti Shalat Witir 3 & 5 rakaat, iftirasy ataukah tawarruk?
Jazâkumullâhu khairan.
#abu
Jika shalat tersebut hanya punya satu duduk tasyahud maka ketika itu iftirasy sebagaimana kaidah Imam Ahmad dalam hal ini.
Bismillah,
Tanya Ustadz:
Selama ini jika saya sebagai masbuk dan imam sedang duduk tasyahud akhir (misal sholat 4 rakaat)
maka saya mengikuti cara kaifiyah duduknya imam yaitu tawaruk walaupun saya masih menyisakan beberapa rakaat lagi dimana saya berpegangan pada sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam “Hanyalah dijadikan imam untuk diikuti, maka janganlah kalian menyelisihinya, jika ia ruku’ maka ruku’lah kalian…” (HR Al-Bukhari no 689).
Namun untuk sholat dua rakaat kususnya sholat shubuh maka saya tidak ikut qunut serta tidak ikut duduk tawaruknya imam (saya duduk iftirasy) karena saya memahami kalau mengikuti imam tidaklah dalam kemutlakannya dalam masalah berdiri atau duduknya makmum (http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/03/makmum-mengangkat-tangan-mengikuti-imam.html)
Apakah kaidah yang saya pakai seperti ini salah?
assalamu’alaikum wa rahmatullaahi wa baarakaatuh
ustd.. saya mau tanya, jika saya mendapati imam dengan seorang makmum sedang shalat (berdua), dan saya ingin ikut mereka berjamaah.. apa yg saya harus lakukan ? apakah saya harus mencolek makmum tsb untuk berdiri dibelakang imam bersama saya ? ataukah saya harus berdiri dulu di sebelah kiri imam, nanti setelah takbiratul ikram, saya dan makmum pertama mundur ke belakang imam, atau bagaimana ?
jazaakallahu khairan
Afwan sebelumnya ustadz, bagaimana mengenai pendapat ustadz sendiri mengenai jawaban di konsultasi syariah di http://konsultasisyariah.com/makmum-masbuk, karena berbeda kaifiyah duduk si masbuq dengan disini.
#abu
Itu jawaban saya kurang lebih 7 tahun yang lewat.
andai anda beramal dengan jawaban tersebut insya Allah tidak mengapa.
#andi
Tarik si makmum agar berdiri disamping anda.
jadi kita pilih yg mana ustadz?
#ahmad
pilih saja iftirasy.
ustadz apabila kita masbuk lalu pada saat imam duduk tawaruk dan kita duduk iftirasy maka apa yg kita baca apakah mengikuti imam sampai fiil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid atau hanya sampai allahumma shalli ‘alaa muhammad wa ‘ala aali muhammad atau diam saja? lalu bagaimana jari telunjuknya apakah juga diacungkan?
syukran jazaakallahu khairan
#arief
bahkan setelah sholawat anda boleh berdoa dan memperbanyak doa
maaf ustadz saya belum mengerti. jadi yang mana apakah sampai selesai fiil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid atau hanyai sampai allahumma shalli ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad? syukran
#arief
Boleh sampai hamidun majid.