[اليتيم]
« وهنا أنبِّه إلى شيءٍ: أن كثيرًا من النَّاس تراهم -أحيانًا- يُداعب بعضُهم بعضًا؛ فيقول -وقد بلغَ مِن العُمر عتيًّا- يقول: (أنا يتيم)!
وهذا خطأ!
Syaikh Ali al Halabi mengatakan, “Dalam kesempatan ini saya ingin mengingatkan bahwa banyak orang terkadang guyonan dengan kawannya dengan mengatakan “Aku adalah anak yatim” padahal orang tersebut sudah kakek-kakek. Ini adalah suatu hal yang keliru.
فاليتيم: هو ما دون سِن الاحتِلام، وإذا جاوزَ سِنُّه سِنَّ الاحتِلام؛ لا يُقال: (يتيم)؛ كما قال النبي –عليهِ الصَّلاةُ والسَّلام-: «لا يُتمَ بعدَ احتِلام».
فمَن تَجاوزَ سِنَّ الحُلُم وناهَزَه؛ فلا يُقال إنَّه يتيم ».
Yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya dan dia belum balig. Jika sudah balig (misal sudah SMA, pent) sudah tidak lagi disebut sebagai anak yatim. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak lagi disebut anak yatim jika sudah balig”.
Jadi siapa saja yang sudah balig tidak boleh disebut anak yatim”.
[الدرس الأول من شرح «منهج السالكين»، (5:42)]
Demikian penjelasan Syaikh Ali al Halabi rekaman kajian kitab Manhaj as Salikin kaset no 1 menit kelima detik ke-42.
Sumber:
http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=23878&page=7
Artikel www.ustadzaris.com
Dalam hadits ada yang menjelaskan itu :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُحَمَّدٍ الْمَدِينِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ خَالِدِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَعِيدِ ابْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ رُقَيْشٍ أَنَّهُ سَمِعَ شُيُوخًا مِنْ بَنِي عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ وَمِنْ خَالِهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَحْمَدَ قَالَ قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ حَفِظْتُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُتْمَ بَعْدَ احْتِلَامٍ وَلَا صُمَاتَ يَوْمٍ إِلَى اللَّيْلِ
Dari Sa’iid bin ‘Abdirrahmaan bin Yaziid bin Ruqaisy: Bahwasannya ia pernah mendengar beberapa orang tua dari Bani ‘Amru bin ‘Auf dan dari pamannya yang bernama ‘Abdullah bin Abi Ahmad, ia berkata : Telah berkata ‘Aliy bin Abi Thaalib : Aku menghapal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:“Tidak ada yatim setelah ihtilaam (baligh), dan tidak ada sikap diam dalam sehari semalam” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 2873; lemah, akan tetapi ia mempunyai beberapa penguat di jalur lain. Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Irwaaul-Ghaliil, 5/79-83 no. 1244].
ustad berkaitan dengan artikel diatas, bagaimana penjelasan hukum sedekah pada anak yatim yang ibunya orang mampu? jazakallahu khair atas jawabannya
#rahma
Tidak dianjurkan
sangat bersyukur dengan adanya blog seperti ini, mudah-mudahan dengan wasilah seperti ini semangat orang untuk menuntut ilmu semakin bertambah dan lebih mencintai para ulama serta suka mendengar ceramah-ceramah asatidzah yang memiliki pemahaman yang lurus.