Berikut ini adalah fatwa Syeikh Al Albani –rahimahullah– yang kami jumpai dalam buku Al As-ilah al Syamiyyah yang disusun oleh Syeikh Ali Al Halabi –hafizhohullah– halaman 38-41, terbitan al Dar al Atsariyyah, Yordania cetakan pertama tahun 1430 H atau 2009 M.
Tanya:
“Kami adalah sejumlah penuntut ilmu. Kami berkenalan dengan beberapa pemuda yang baik. Mereka memberikan kepada kami pengajian tentang akidah, fikih dan hal-hal yang kami butuhkan. Demikian berlangsung selama beberapa waktu lamanya hingga akhirnya sampailah sebuah isu bahwa sebagian mereka menyebut kami ‘sururi’ padahal kami tidak tahu siapa itu sururi dan apa makna dari sururi.
Akhirnya, kami merasa ragu-ragu dan kami merasa bahwa kami telah masuk ke dalam sebuah sistem. Demikian itu dikarenakan orang yang mengajari kami tersebut setelah pengajian selesai pergi dengan sangat sembunyi-sembunyi kemudian datang menemui kami dengan membawa berbagai perintah yang baru.
Sebenarnya kami merasa bosan dengan instruksi-instruksi tersebut yang bisa dipastikan menggunakan kalimat ‘Lakukanlah demikian’, ‘Jangan berbuat demikian’ dst.
Akhirnya keluhan kami sampai kepada mereka namun tentu kami tidak diperbolehkan untuk menentang ataupun mendiskusikan sebuah instruksi.
Kami mendengar bahwa mereka memakai baiat dan mereka itu mendakwahkan pemikiran sururi. Kami juga dikejutkan oleh kenyataan bahwa semua berita tentang kami baik masalah besar ataupun masalah kecil ternyata ada pada mereka.
Mereka juga ‘membicarakan’ para ulama yang telah dikenal semisal Ali al Halabi dan lainnya dan menuduh mereka telah melakukan pencurian ilmiah dst.
Kami ingin tahu tentang mereka, siapakah mereka? Bagaimanakah jalan mereka dalam beragama?
Jawaban Syeikh Muhammad Nashiruddin al Albani:
“Sururi adalah pengikut Muhammad bin Surur. Mereka adalah orang-orang yang terikat dengan sistem. Berdasarkan interaksiku dengan mereka, aku menilai mereka sebagai shufiyyah ‘ashriyyah (sufi masa kini).
Orang-orang sufi masa silam di hadapan guru-guru tarekat bagaikan budak. Oleh karena itu, guru tarekat menyebut orang-orang yang belajar tarekat dengan sebutan murid (yang artinya orang yang menginginkan ridha gurunya, pent).
Oleh sebab itu, orang-orang yang belajar tarekat tidak boleh melakukan aktivitas apapun tanpa seizin guru tarekatnya.
Di kota Damaskus terdapat pimpinan tarekat Naqsyabandiyyah bernama Syeikh Ahmad Kaftaru. Orang ini mendidik jamaah pengajiannya agar memiliki ketundukan sempurna dan membabi buta kepada sang guru. Anggota jamaah pengajiannya tidak boleh mengadakan perjalanan jauh sampai mendapatkan izin dari syeikh tersebut. Bahkan tidak boleh mengadakan bisnis apapun ataupun menikah kecuali dengan izin syeikh tersebut. Maka syeikh adalah segalanya untuk melakukan segalanya.
Adapun metode sembunyi-sembunyi yang anda sebutkan dalam pertanyaan anda maka dakwah dengan metode sembunyi-sembunyi itu tidak ada dalam Islam terlebih lagi di masa saat ini. Sekarang ini orang kafir menyampaikan kekafirannya dengan terang-terangan, lalu apa yang menghalangi kita untuk berdakwah dengan terang-terangan?!
ونصيحتي لهؤلاء أن لا يحضروا جلساتهم
وإن آنستم منهم رشدا و استفدتم منهم علما فصاحبوهم ولكن لا تتحزبوا معهم ولا تفتنوا بهم
وعليكم أن تحضروا الدروس عند من ترون فيهم اتباعا للكتاب والسنة فهو خير لكم – إن شاء الله –
Aku nasihatkan kepada para penuntut ilmu agar tidak mengikuti pengajian mereka (orang-orang sururi).
Namun jika kalian yakin dengan adanya kebenaran dari mereka dan kalian mendapatkan faidah berupa ilmu dari pengajian mereka maka kalian boleh berkawan dengan mereka namun jangan mau terikat hizbiyyah bersama mereka dan jangan terfitnah (baca:terkecoh) dengan mereka (sehingga akhirnya mengikuti kesesatan mereka, pent).
Kalian berkewajiban untuk menghadiri pengajian yang diberikan oleh orang-orang yang kalian nilai mengikuti al Qur’an dan sunnah. Itulah yang lebih baik bagi kalian, insya Allah.
Sampai di sini fatwa Syeikh Al Albani.
***
Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari fatwa di atas:
Pertama:
Karena demikian mengikat gerak gerik anggota pengajiannya sengatlah tepat jika berbagai gerakan dakwah (baca: harokah) yang ada di medan dakwah saat ini disebut sebagai shufiyyah ‘ashriyyah.
Dalam dalam sufi, murid yang baik adalah murid yang memiliki ketaatan kepada guru sebagaimana ketaatan jenazah di hadapan orang-orang yang memandikannya. Sedangkan orang-orang yang terikat dengan berbagai berbagai gerakan dakwah saat ini akan dinilai sebagai anggota yang loyal ketika memiliki ketaatan yang membabi buta kepada amir, imam jamaah, qiyadah, naqib dan murabbi. Sehingga untuk menikah dengan perempuan yang sudah terikat dengan pengajian semacam ini langkah awalnya adalah meminta izin dan restu murabbi dulu baru datang ke orang tua si perempuan. Sungguh ini adalah suatu ajaran aneh yang tidak pernah dikenal oleh syariat.
Kedua:
Syeikh Al Albani membolehkan dengan bersyarat untuk bersahabat dan mengambil manfaat keilmuan dari orang sururi.
Bagaimana lagi jika guru ngaji tersebut cuma dituduh sururi padahal nyatanya bukan? Layakkah jika pengajiannya secara mutlak dilarang untuk diikuti?
“Berpikirlah yang jernih, wahai saudaraku. Lihatlah perbedaan antara fatwa orang yang berilmu dan fatwa orang yang merasa dirinya berilmu sungguh akan kita jumpai keutamaan ilmu.”
bismillah. maaf kalau berdasarkan data yang saya dapat dari BIN, anda termasuk sururi. apakah ini benar?
kemudian, knapa di jogja ada beberapa kelompok yang mengaku salafy? dan mereka gak mau bergabung. tolong di bls ke mail saya. saya pengen ngaji salafy. mail saya [email protected]
“Ketaatan robotik”, kata kawan Malaysia. Saya juga merasakan ada baiknya / lebih baik (kalau diberi kemampuan) untuk mengambil fatwa ulama2 yang muktabar, yang dikenal dalam keilmuan & luas bacaannya. Sehingga kita tidak terjebak mengambil jalan dalam prmasalahan yang masih samar. Syukron.
Assalamu’alaykum warohmatullahi wabarokatuh,
Ustadz, ada yang ingin ana pertanyakan:
Penjelasan:
Sebagian salafiyun menuduh asatidz yang mengambil dana dari at-turots adalah sururi sehingga tuduhan itu menyeluruh ke para asatidz yang bukan dari referensinya. Mereka tidak proporsional dalam menyikapinya, belum lagi mereka terkena fitnah dari tulisan2 yang ada di internet, dan juga penjelasan para ustadz, yang pasti antum tau siapa yang ana maksudkan, tidak lain adalah yang terjadi di indonesia.
Pertanyaan:
Bagaimana menyikapinya? dan apakah mereka memang sururi (asatidz yang dituduh sururi)?
Untuk Abu Kholil
1. Kalo berdasarkan ciri dan pengertian sururi dalam tulisan di atas, tuduhan tersebut jelas tidak benar
2. Semua orang yang berkomitmen untuk mengamalkan al Qur’an dan sunnah dan tidak keluar dari ijma salaf itulah salafy. Silahkan anda ngaji dengan orang yang punya ciri semacam ini.
Untuk Adhit
Wa’alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh
Dalam tulisan di atas al Albani memberikan ciri-ciri sururi. Adakah ciri-ciri tersebut pada pihak yang dituduh?
Assalamu ‘alaikum ustadz barakallahu fiik, semoga Allah membalas semua usaha ustadz dengan kebaikan dan keridhoannya pada kita semua,
salam ukhuwah dari saudaramu di kendari
kami ijin tuk share.. Jazakumullahu khoir
assalamu’alaykum warahmatullah wabarakatuh…
afwan ustadz,,ana mo nanya…
ana prnah dger kajian ustadz muhammad as-sewed,tapi dlm mp3,bukan langsung…
dsitu bliau,,mnyebutkan bberpa ustadz adalah kaum sururiyah,,seperti ustadz abdul hakim bin amir abdat, ustadz yazid bin abdul qadir jawas, ustadz abu qatadah, ustadz abu haidar, dll…
menurut ustadz bgmana???
afwan,,ana takut nanti terpengaruh dari kajian beliau…
jazaakallah khaer…
Untuk Nur
Insya Allah, semua nama ustadz yang anda sebutkan baik yang mengkritik ataupun yang dikritik adalah bagian dari dai ahli sunnah. Hendaknya kita menyikapi perselisihan di antara dai ahli sunnah dengan sikap arif dan bijaksana.
Assalaamu’alaykum.
Masih soal parameter..
Ustadz Aris, apa kelompok Sururi menyelisihi ahli sunnah dlm perkara Kulli?atau hny perkara Juz’i saja?atau perkara juz’i tp perkara tsbt justru mjd pembeda antara ahli sunnah dg ahli bid’ah?
Mohon penjelasannya. Syukron.
Untuk Budi
Wa’alaikumussalam
Sururi itu menyelisihi ahli sunnah dalam:
1. takfir terhadap penguasa muslim
2. membolehkan khuruj atau memberontak terhadap penguasa muslim
Jadi dalam perkara juz’i yang jadi pembeda antara ahli sunnah dan bukan. Wallahu a’lam.
Assalamualaikum
kalau wahdah islamiyah ( WI ) gimana ustadz ?
Untuk Rizki
Wa’alaikumussalam
Coba antum tanyakan kepada yang lain, yang lebih tahu
Minimal kita katakan sebagaimana yang dikatakan oleh al Albani, ‘Jika anda yakin ada ilmu dan kebenaran yang bisa anda ambil dari mereka maka silahkan berhubungan baik dengan mereka namun jangan mau terikat dengan ikatan hizbiyyah bersama mereka’.
Coba antum baca http://almakassari.com/artikel-islam/manhaj/mengapa-saya-keluar-dari-wahdah-islamiyah-bag-2.html
http://almakassari.com/artikel-islam/manhaj/mengapa-saya-keluar-dari-wahdah-islamiyah-bag-1.html#
http://almakassari.com/artikel-islam/manhaj/mengapa-saya-keluar-dari-wahdah-islamiyah-muqaddimah.html#more-640
http://abusalma.wordpress.com/2008/02/29/resensi-buku-ithaful-%E2%80%98ibad/, baca komen Abu Salma untuk Abuabdurrahman80
ustadz, kalo boleh tau di jogja ini yang sururi siapa dan dimana?
Untuk Agus
Coba antum tanyakan kepada ustadz yang lain dan minta beliau untuk menyebutkan ciri sururi dan apakah ciri tersebut memang terbukti pada orang yang dinilai.
Islam mengajarkan untuk tabayyun ketika mendapat berita, bukan tergesa-gesa dalam menghukumi sesuatu. Tuduhan yang dimuat di almakassari.com telah dibantah oleh ustadz dari WI di alinshof.co.cc. Silakan cermati. Jika memang terdapat kesalahan pada mereka, nasehatilah dengan lemah lembut. Walaupun seorang muslim berbuat salah, bukan berarti kita harus berlepas diri dari mereka bukan? Bukankah seorang muslim wajib kita cintai menurut kadar keimanan yang ada pada dirinya? Kadang saya jumpai ada sebagian orang yang salah dalam menerapkan kaidah al wala wal bara ini. Jangan sampai karena konflik personal, membuat kita tidak menjadi obyektif dalam memandang suatu hal. Lagipula, bukankah kesalahan personal tidak selayaknya digeneralisasi? Jika memang tuduhan tersebut belum pasti kebenarannya, tidaklah bijak jika diupload di internet, yang mana setiap orang dari kalangan manapun bisa mengakses. Fitnah bisa tersebar dan salah satu dampaknya adalah perpecahan umat. Dan sungguh menyibukkan diri dengan mencari aib orang lain adalah hal yang tidak bermanfaat. Allahul Musta’an.
assalamu alaikum, afwan ust! apa yg dimaksud dengan “jangan mau teriakt hizbiyyah dengan mereka”, apakah mksdnya, kita tidak boleh bergabung dengan jama’ah dakwah semisal wahdah islamiyah, muhammadiyah, al-irsyad dll ?
Untuk Mursyid
Wa’alaikumussalam
Hakekat hizbiyyah adalah mempersempit makna ukhuwah sehingga yang terjadi adalah ukhuwah golongan, bukan ukhuwah karena keislaman.
Dalam faham hizbiyyah, tolak ukur kawan dan lawan adalah kelompok dan golongan, bukan al Qur’an dan sunnah. Demikian juga, tolak ukur kebenaran adalah pendapat yang ada dan berkembang dalam kelompoknya.
Untuk Ummu Aisyah
Terima kasih atas infonya. Semoga bisa menjadi info penyeimbang bagi orang yang ingin mengkaji permasalahan ini lebih dalam.
Kami nasehatkan untuk diri kami sendiri dan semua pembaca untuk menyibukkan diri dengan mengkaji akidah islamiyyah salafiyyah, fiqh yang dibangun atas dasar dalil, kajian tentang al Qur’an dan kajian tentang hadits.
Na’am, sepakat Usatadz. Karena dengan ilmu antara yang haq dan yang bathil akan jelas perbedaannya.
ya ustadz, baaråkallåhu fiyk
harap antum cek lagi situs yang dipajang ummu ‘aa-isyah diatas dengan teliti, malah yang mereka sebut ‘bantahan’ itu membenarkan tuduhan yang jatuh pada mereka.
berikut point-point yang ana dapatkan dari website diatas:
1. dari judulnya saja telah nyata pembelaan mereka yang sangat nyata dengan tokoh-tokoh ahlul bid’ah, bahkan menggolongkan tokoh ahlul bid’ah ini sebagai ‘ulama?!
Dan tidak ada dari salafiyun yang membela Ahlul Bid’ah.
Tanggapan :
Permasalahan pertama, kriteria ahli bid’ah versi “salafy” yang begitu rancu. Sebab hal ini dibangun di atas penerapan kaidah bid’ah yang rancu pula. Akibatnya, penyematan gelar ahli bid’ah terkesan serampangan, dan tertuju pada orang-orang yang tidak semestinya. Kedua, kalau tokh anggapan mereka kaum “salafy” itu benar bahwa tokoh-tokoh yang mereka cap sebagai ahli bid’ah, maka sebenarnya WI bukan membela ahlul bid’ah (menurut anggapan salafy), Ma’adzalLoh..!! tetapi WI cuma membela orang-orang yang terdzolimi dari kalangan para duat dan ulama yang menjadi bulan-bulanan celaan antum seperti Sayyid Qutb, Hasan Al-Banna, Syaikh Safar al-Hawali, Syaikh Salman, Syaikh ‘Aidh al-Qarni, hafidzahumulloh al-ahya wa rahimal amwat minhum, yang sebelumnya telah dibela dengan tegas oleh ulama kibar seperti Syaikh Bin Baz, Ibnu Utsaimin, Al-Albani, Syaikh Abdul Muhsin, Syaikh al-Jibrin, Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahumullLoh wa hafidzollohul ‘ahya
2. mereka tidak mengelak dengan manhaj muwazanah, padahal istilah ini telah digunakan ‘ulama salafiyyin untuk membedakan manhaj salaf dan manhaj surruriy. bahkan melakukan mereka membenarkannya dengan mengangkat perkataan ‘ulama-‘ulama salafiyyin seakan-akan membenarkan manhaj sesat ini
(lihat dua point diatas pada bagian pertama dari tiga bagian artikel ‘Silsilah pembelaan para du’at dan ulama’; url:http://alinshof.co.cc/?p=33)
3. lihalah juga bagaimana dibagian ketiga, yang mereka menggunakan fatwa-fatwa ‘ulama yang seakan-akan fatwa ‘ulama tersebut membenarkan pemahaman dan pemikiran salman al-audah, sayyid quthb, aidh al-qorniy, safar al-hawali dll.
(bagian ketiga dari tiga bagian artikel ‘Silsilah pembelaan para du’at dan ulama’; url:http://alinshof.co.cc/?p=74)
wallåhul muwaffiq
Untuk Abu Zuhri
‘ala kulli hal, yang menjadi parameter penilaian menurut seorang muslim adalah al Qur’an dan sunnah sebagaimana yang dipahami dan diamalkan oleh para shahabat, bukan perkataan A ataupun B.
Harus kita bedakan antara orang yang disepakati oleh para ulama ahli sunnah sebagai tokoh bid’ah dengan orang yang diperselisihkan apakah tokoh bid’ah ataukah tidak.
Sungguh indah nasehat Ibnu Utsaimin terkait sikap yang tepat terhadap Sayid Qutub.
Nasehat tersebut bisa anda baca di sini:
http://abiubaidah.com/mewaspadai-kitab-kitab-bermasalah.html/ pada penjelasan tentang buku Fi Zhilal al Qur’an.
untuk perkataan ustadz,
“Harus kita bedakan antara orang yang disepakati oleh para ulama ahli sunnah sebagai tokoh bid’ah dengan orang yang diperselisihkan apakah tokoh bid’ah ataukah tidak.”
na’am dan memang tidak ana katakan ‘ulama sepakat bahwa dia ahlul bid’ah. dan memang telah ada pernyataan dari syaikh al-fauzan orang ini bukanlah ahlul bid’ah, TAPI asy-syaikh pun tidak menggolongkannya sebagai ‘ALIM. yang ada, dia dikategorikan sebagai seorang yang jahil. sehingga menghalanginya untuk divonis ahlul bid’ah.
sekarang, terlepas apapun statusnya, imma ahlul bid’ah, ‘ulama atau jahil.
sesuai dengan perkataan antum:
“yang menjadi parameter penilaian menurut seorang muslim adalah al Qur’an dan sunnah sebagaimana yang dipahami dan diamalkan oleh para shahabat, bukan perkataan A ataupun B.”
maka pertanyaan ana, bagaimana dengan point ketiga ustadz, apakah pemahaman dan pemikiran salman al-audah, sayyid quthb, aidh al-qorniy, safar al-hawali dll. SESUAI DENGAN pemahaman dengan salafush shålih?
jazaakallåhu khåyrån ustadz atas jawabannya.
Untuk Abu
Maaf, silahkan tanyakan masalah tsb pada orang yang kompenten namun ‘ala kulli hal tolong ingat baik-baik kaedah yang disampaikan Ibnu Utsaimin sebagaimana yang ada dalam link yang tadi telah saya berikan. Sudahkah dibaca?
Penilaian untuk Sayyid Qutb, juga bisa anda pada link yang telah saya berikan.
Untuk Abu Zuhry.
Dengan demikian, tentunya Syaikh Muqbil dan Syikh Robi’ juga pernah melakukan kesalahan, karena mereka manusia. Sayyid Quthb, Salman alAudah, Safar al-Hawaly, (antum menyebutkan dll, siapa? tolong ilmiah sedikit), juga manusia, antum pun manusia. Mungkin saja mereka semua, ana, antum, pernah melakukan kesalahan. Jadi, sebagaimana perkataan Syaikh Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy, “Jangan sampai perbedaanku dengan kalian dalam satu masalah, membuat kalian tidak menerima kebenaran lain yang datang dariku.”
Akhi Abu Zuhry, sekalian nasihat untuk antum. Bahwa, jika kita mencari sebuah komunitas atau kelompok pengajian yang tidak ada salahnya sama sekali, maka, Demi Alloh, tidak pernah akan kita temui. Ada seorang ukhtun yang mengatakan bahwa beliau tidak mau mengambil ilmu di tempat lain karena takut syubhat. Maka jawabannya sederhana, kita tanyakan: “Apakah di kelompok anti sama sekali tidak ada syubhat (kesalahan)?” Jika dijawab, “Tidak.” Maka berarti telah mengikrarkan diri sebagai jama’ah yang tidak ada salahnya. Jika dijawab, “Ya.” Maka telah membantah diri sendiri.
Bukankah ini logika terbolak-balik? Demikian, semoga kita dilindungi dari sikap merasa benar sendiri dan tidak mau menerima kebenaran dari orang lain karena yang menyampaikan bukan dari kelompok kita. Ada suatu cerita lagi. Saya pernah menyampaikan pernyataan kepada seorang akhun yang isinya: Bagaimana jika ust. Aris Munandar membaca kitab tafsir Karimirrahman persis di kitab, apakah antum mau menerimanya?” Jawabannya ternyata “tidak”, hanya karena ust. Aris Munandar bukan dari kelompoknya dan tertuduh Surury. Allohu akbar…
Assalamu’alaikum Ustadz yang saya hormati
Saya seorang penuntut ilmu. Saya lihat permasalahan2 yang terjadi di kalangan Ustadz2 Salafy yang dulunya bersatu. Tapi kini kog berpecah. Apa ada masalah pribadi yang dikaitkan dengan dakwah atau ada hal yang lain-Hanya Alloh Ta’ala yang Maha Mengetahui-?. Saya pribadi ngikut aja dengan fatwa-fatwa Para Ulama Kibar yang tergabung dalam Hai’ah kibaril ‘Ulama untuk mengatasi segala masalah termasuk masalah ini?. Saya harap Alloh Ta’ala menunjukan kebenaran kepada kita sesama Salafi lewa para Ulama Kibar tersebut. Saya harap juga semua Ustadz Salafi jujur,jelas dan tegas dalam menyampaikan fatwa2 tsb agar para penuntut ilmu tahu kejelasannya karena Para Ustadz2 memegang peranan yang penting dalam dakwah yang barakah ini. Saya yakin Alloh Ta’ala akan menunjukan mana yang Salafy dan mana yang hizbi lewat Lajnah Kerajaan Saudi Arabia.
Akhir kata, Jazzakalloh khoir
assalamu’alaykum ustadz.. ana mau tanya, bagaimana sebaiknya ana bersikap dalam menghadapi teman yg menuduh para ustadz, surury? apakah ana diamkan saja atau bagaimana baiknya ustadz.. krn kadangkala timbul rasa marah dihati ketika dia menjelek2an para ustadz2 tsb.. pernah ana sampaikan, apakah anty pernah bertabayyun dgn para ustad tsb, dia menjawab tidak mau, krn takut terkena subhatnya.
Dan apakah ana salah, ketika ana mendengar kabar ini (krn ana br dlm manhaj ini), ana cari informasi ttg kebenarannya, dan membaca blog2 para ustadz yg bermasalah..?
Dan yg ana temukan disana adalah yg menuduh para ustadz surury, justru perkataan dan sikapnya tdk mencerminkan seorg salafy.. Apakah penilaian saya ini bisa jadi patokan, mana yg benar mana yg salah ustadz.. Jazakallahu khairan utk jawabannya..
#ummu
Bandingka pernyataan dua pihak yang bersengketa lalu gunakan akal sehat dan sikap objektif untuk berusaha memberikan penilaian. Jangan lupa minta petunjuk kepada Allah.
Bismillah…
#Ummu Aisyah
adanya bantahan terhadap tulisan ustadz sofyan di alinshaf.com bukan berarti bahwa bantahan tersebutlah yg benar.. cobalah baca secara objektif ke dua tulisan tersebut… jangan satu pihak saja..
InsyaAllah jika anti mencermati dg baik tulisan ustadz sofyan niscaya apa yg anti katakan “”Jangan sampai karena konflik personal, membuat kita tidak menjadi obyektif dalam memandang suatu hal” itu tidak lagi ada pd pandangan anti.. krn pertikaian antara WI dg Salafiyyun bukanlah konflik personal tp menyangkut masalah manhajiyyah…
ana lama di WI dan melihat, mengikuti serta menjadi penyelenggara kegiatan2 WI dan setelah keluar dr WI ana kemudian mendapati bahwa apa yg memang dipermasalahkan para asatidz salafiyyun kpd WI bukanlah masalah personal.. tp masalah pergerakan dan manhaj WI itu sendiri…
baarakallahu fiekum..
assalamu’alaykum..
ana cinta kepada ustadz, semua asatidz salafi tmsk ust yazid jawas, abd. hakim, abu haidar as sundawi, dll..
ana hanya berpesan, jangan kita menjadi terpedah belah, manhaj kita insyaa Allah satu..
ya Allah, jadikanlah kita semua bersatu untuk memberantas kemusyrikan, mengembalikan semua hal kepada qur’an dan sunnah yang shahih atau hasan..
aamiin..
semoga allah tetap menyatukan kita
ada kaidah yg mashur…beramal dg ilmu berilmu dulu baru beramal…ilmu.. maka pilih yg benar2 jelas dan disepakati jumhur ulama.. yg meragukan tinggalkan..kebenaran hakiki hanya dari Allah dan NabiNya… pendapat yg keluar dari manusia biasa bisa benar bisa keliru…jgn terlalu bersemangat yg berlebihan (ghuluw) dlm beragama.. krn agama/syariat itu kuat.. siapa yg berlebihan akan terkalahkan.. lalu futur…beramalah scr istiqomah meski sedikit.. dan jgn membenci sesuatu scr berlebihan nanti bisa2 malah yg dibenci tsb ada pd kita…btp orang yg ngaku salafiyun sangat2 benci dg hizb dan perpecahan dan fanatik buta.. lalu scr fakta sebagian diantara mereka malah terpecah sendiri…lalu ta’ashub dg kelompoknya…
Bismillah.
Ya ust ana mau tanya, ana sekarang mengajar di sebuah SD dikota X ditempat orang – orang yang dituduh sururi nah ana dulu pernah belajar ditempat orang – orang yang menuduh sururi dikota Y ( alhamdulillah sang ust tidak pernah membahas fitnah ini hanya beberapa tulab saja ) , nah sekarang ana membeli kapling dari saudara kita yang menuduh sururi dikota X, yang mana sikap mereka ketika ada saudara mereka belajar atau bekerja ditempat yang tertuduh sururi mereka kemudian menghajrnya, tidak salam kecuali kalau kita mulai salam. kajian – kajianya juga kadang membahas finah ini, ada pula teman yang dulu belajar kepada ust yang menuduh kemudian belajar kepada ust yang tertuduh dianggap manhajnya tidak jelas. bagaimana sikap kita ?
#abu
saya sarankan agar anda jual kembali kapling yang sudah anda beli.
carilah lingkungan lain yang lebih baik keadaannya.