Berikut ini tanya jawab seputar ruqyah sebagai kelanjutan pembahasan ruqyah dalam posting yang telah lewat.
Tanya: apakah pengalaman bisa dijadikan pegangan dalam ruqyah?
Jawab:
Pengalaman itu hanya berlaku dalam pengobatan, tidak dalam ruqyah. Bahkan pengalaman merupakan dasar dalam dunia kedokteran. Sedangkan dalam ruqyah yang terbaik adalah mencukupkan diri yang dituntunkan. Adapun pengalaman dalam ruqyah, maka patut dipertanyakan dari mana kita tahu kalau hal tersebut bermanfaat serta dari manakah ide tersebut muncul.
Tanya: apa hukum membaca al Qur’an lalu ditiupkan ke dalam air?
Jawab:
Tidak sepatutnya dilakukan meski ada ulama yang berpendapat membolehkan hal tersebut karena tidak terdapat dalil yang mendukung pendapat tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mempraktekkannya, demikian pula para shahabat.
Ulama yang membolehkan melarutkan tulisan alQur’an atau semisal itu tidak memiliki dalil. Padahal mereka telah mengajari kita untuk tidak menerima suatu pendapat melainkan yang berdasarkan dalil. Semua pendapat bisa ditolak dan bisa diterima selain perkataan Rasulullah.
Tanya: apa yang dimaksud oleh hadits, ‘Ruqyah itu tidaklah mengapa selama tidak mengandung kesyirikan’?
Jawab:
Maksudnya, ruqyah itu dengan berdoa kepada Allah, membacakan ayat atau doa. Ini semua hukumnya boleh. Ruqyah itu hanya boleh dengan bahasa Arab. Orang yang shalih hanya mencukupkan diri dengan firman Allah dan sabda rasulNya, namun jika dia tambahi dengan doa yang dia buat sendiri hukumnya tidaklah mengapa. Tetapi yang paling utama adalah firman Allah dan perkataan rasulNya, oleh karena itu pilihlah yang lebih utama.
Bukanlah maksud hadits membolehkan pengalaman sebagai dasar dalam meruqyah semisal meruqyah dengan memberikan minyak wangi pada farji dan dubur seorang perempuan dengan maksud jin yang ada dalam diri perempuan tersebut tidak bisa menyetubuhinya.
Tanya: jika kita tidak menjadikan ruqyah syar’iyyah sebagai profesi, banyak orang akan pergi ke dukun?
Jawab:
Sikap yang benar jika ada orang yang minta ruqyah kepada kita maka hendaklah kita ruqyah atau kita sarankan untuk datang kepada orang tertentu. Sedangkan kesembuhan hanya ada di tangan Allah.
Kita tidak perlu memaksakan diri agar orang datang kepada kita dengan kita umumkan bahwa kita adalah tukang ruqyah.
Ketika Syeikh Abdullah al Qor’awi memulai dakwahya di daerah bagian selatan Saudi. Banyak orang di tempat tersebut yang sakit, hanya tergeletak di pembaringan karena gangguan jin. Beliau memulai dakwahnya dengan menyebarkan tauhid, tidak dengan mendakwahkan ruqyah. Namun semua problem ini berakhir dengan tersebarnya tauhid dan ilmu agama. Tukang sihir, dukun dan setan itu berkeliaran ketika kebodohan terhadap agama demikian memasyarakat. Ini semua akan hilang dengan tersebarnya tauhid dan ilmu. Para dai pembaharu menekankan dakwahnya seputar tauhid, memerangi syirik dan khurafat lalu hilanglah pengaruh setan tanpa memerlukan orang-orang yang berprofesi sebagai tukang ruqyah dari pengaruh tukang sihir dan yang lainnya.
Pengikut rasul yang sejati hanya berbuat sebagaimana yang diperbuat oleh rasulullah. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan petunjuk rasulullah dalam masalah ruqyah tidaklah terlalu melebar sehingga dijadikan sebagai profesi.
Marilah kita menempuh jalan yang Nabi tempuh baik dalam masalah akidah, ilmu ataupun amal. Demikian pula dalam ruqyah. Janganlah kita memaksakan diri, dengan melakukan yang tidak dilakukan oleh Rasulullah.
Agar orang tidak pergi ke dukun merupakan alasan tukang ruqyah pertama di kota Madinah. Beliau dulu pernah menjadi pengajar di Masjid Nabawi. Kajiannya di masjid nabawi memiliki pengaruh positif bagi para pemuda yang terjerat shufiyah di Madinah.
Sampai akhirnya pada suatu hari orang tersebut meminta pertimbangan kepada Syeikh Rabi’dengan mengatakan, “Aku mengajari fulan cara meruqyah. Akhirnya sekarang dia meruqyah dan mendapatkan uang yang banyak. Sekali meruqyah bisa mendapatkan 14 ribu real Saudi”.
Setelah dinasehati agar tidak menjadikan ruqyah sebagai profesi dan diingatkan bahwa dirinya juga tidak bisa mengalahkan para dukun, dia malah beralasan, “Demi Allah aku khawatir orang-orang nanti memilih datang ke dukun”.
Akhirnya dia tetap berketetapan hati untuk menjadi tukang ruqyah. Lalu muncul banyak pesaing, ada satu tukang ruqyah di Riyadh, di Tabuk, dan Jeddah.
Singkat cerita dia lantas menulis di koran, bahwa setan itu tidak bisa merasuk dalam raga manusia. Padahal dahulu ketika dia meruqyah, dia pukul orang yang kesurupan dengan pukulan yang menyakitkan sambil mengatakan, ‘Keluarlah engkau wahai musuh Allah”. Artinya dia mengakui bahwa setan itu bisa merasuk ke dalam raga manusia. Kemudian karena banyak pesaing, dia mengatakan bahwa setan itu tidak bisa merasuk ke dalam raga manusia.
Tanya: apakah orang yang belum lancar membaca al Qur’an boleh meruqyah?
Jawab:
Boleh meruqyah jika memang terpaksa harus demikian. Akan tetapi orang tersebut berkewajiban untuk belajar membaca al Qur’an dengan baik.
[Diolah dari As-ilah Muhimmah Haula al Ruqyah wa al Ruqo karya Syeikh Rabi’ al Madkhali]
assalaamu’alaykum. dari pertanyaan nomor dua diatas yang saya tangkap adalah hal tersebut termasuk bid’ah walaupun ada ‘ulama yang berpendapat demikian? apakah yang saya tangkap ini benar ustadz?
Jadi ruqyah itu boleh? sebab ada teman yang melarang saya saat saya ingin diruqyah..
katanya ada hadits, Yang isinya “Salah satau orang yang tidak akan dihisab dosanya adalah orang yang tidak meruqyah dan tidak minta diruqyah”
apa saran anda untuk saya?
Untuk Ibnu
Dalam pertanyaan tersebut terdapat dua hal yang dibahas
1. membaca al Qur’an lalu ditiupkan ke air
2. menuliskan ayat al Qur’an dengan madu lalu dilarutkan dengan air lalu diminumkan kepada orang yang sakit.
Dua hal ini tidak boleh menurut Syeikh Rabi.
Namun dua hal tersebut bukan bid’ah mengingat ada salaf yang melakukannya.
Untuk MUS
Yang terlarang adalah meminta diruqyah, bukan meruqyah. Larangannya adalah larangan makruh, bukan larangan haram.
Jazaakallah khair. jadi ustadz…kalau ada suatu perkara yang dilakukan salaf maka itu tidak dikatakan bid’ah walaupun tidak ada dalilnya? benarkah pemahaman ana ini? jika pemahaman ana benar, maka siapakah ‘ulama yang pernah memiliki pemahaman tentang makna bid’ah semacam pemahaman ana ini? Kemudian siapakah salaf yang ustadz maksud? sahabatkah atau ‘ulama setelah sahabat? trima kasih ustadz…
Untuk Ibnu
1. Menurut Ibnu Taimiyyah, bid’ah adalah yang menyelisihi ijma salaf
2. Silahkan ditelaah lebih lanjut di Zaad Maad karya Ibnul Qoyyim, bisa juga dibaca di sini http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/10/hukum-menulis-ayat-al-quran-atau-dzikir.html
Jazaakalloh khair…
Assalaamu alaiykum…
Langsung saja ya ustadz, saya tanggapi tentang meniup air lalu diminumkan kpd seseorang. Menurut yg pernah saya baca sebagai org awam, Rasulullah melarang meniup makanan ataupun minuman. Dan itu dibenarkan oleh ilmu pengetahuan skrg, bhw meniup (menggunakan mulut/hidung) akan mengeluarkan karbon yg dpt merusak tubuh jika mengkonsumsinya.
Assalamualaikum. Dulu almarhum kakek saya sangat gemar belajar ilmu kesaktian. Kenapa saya sbg cucu nya, hidup saya suram banget. Hidup saya spt dikutuk. Saya sial seumur hidup. Dulu saat saya msh kecil, saya sering sakit sakitan shg otak saya jadi dungu dan badan saya jadi loyo, shg saya kalau kerja, sekolah, bergaul, olahraga, nyari jodob dll saya sering diremehkan org, dibodohi org, didiskriminasi org dll. Saya org nya sngt penakut, minder, kuper, pemarah, gampang gelisah, saya kalau menghadapi org sering gerogi, salah tingkah, gemetar dll. Saya di kampung sering difitnah dan dijelekin tetangga, sering dibenci dan dimusuhi teman, dijauhi kerabat, dikucilkan masyarakat dll. Kemudian saya merantau.. org2 di sana yg laki laki menghina saya, menipu saya, mencuri uang saya, menghajar saya, memfitnah saya, mengkhianati saya dll. Org2 di sana yg perempuan mencolak cinta saya, meremehkan saya, mempermainkan saya, memanfaatkan saya, mengejek saya dll. Pdhl saya baik, jujur dan suka menolong. Mungkin krn saya nampak dungu dan loyo. Saya kalau kerja sering dimutasi dan dipecat krn dianggap tdk becus bekerja. Saya kalau kerja badan gampang capek, nafas sesak, mata berkunang, dada sakit, badan lemas dll. Kemudian saya terpaksa pulang kampung, di kampung saya nganggur dan jomblo bertahun tahun lama nya. Lbh dari 10 thn sampai skrng blm berubah nasib saya. Saya sdh beberapa thn lumayan rajin ibadah tp nasib saya tetap tdk pernah berubah. Saya bolak balik ke perantauan utk nyari kerja tp gagal terus. Nyari jodoh dan rejeki rasa nya semakin sulit krn umur semakin tua. Saya terpaksa buka usaha kecil kecilan di rumah tp hasil nya tdk seberapa malahan akhir nya bangkrut. Dulu ayah saya bilang saya spt org cacat mental, dulu guru sma saya bilang otak dan tenaga saya payah spt tdk diimunisasi, dulu adik saya bilang saya tdk berguna, dulu pak lik saya bilang saya bodoh, dulu atasan saya bilang otak dan tenaga saya tdk memenuhi syarat utk bekerja, dulu teman2 saya ada yg bilang saya bodoh dan lemah, ada yg bilang saya orang aneh dan langka, ada yg bilang saya manusia setengah jadi, ada yg bilang saya tdk punya masa depan dll. Dulu almarhum kakek saya, anak cucu nya bnyk yg mati saat balita, ada yg hidup tp cacat mental, ada yg susah jodoh dan rejeki dll. Murid kakek saya, anak nya juga ada yg cacat mental. Mungkin diganggu jin kakek saya.