Syaikh Prof Dr Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al Badr mengatakan, “Thoyyib adalah salah satu nama Allah. Seorang yang beriman hendaknya tidak bernama dengan nama ini karena karena nama ini mengandung unsur tazkiyah [terlalu memuji diri sendiri].
Meski sebenarnya thoyyib itu bisa menjadi sifat manusia dan thoyyib sebagai sifat manusia tentu saja berbeda dengan thoyyib sebagai nama dan sifat Allah.
Dalam surat annur Allah mengatakan bahwa laki laki yang thoyyib itu untuk wanita yang thoyyib dan sebaliknya.
Jadi tidak ada yang bermasalah dari nama thoyyib melainkan dari satu sisi saja yaitu mengandung unsur tazkiyah. Karena boleh memberikan label thoyyib kepada manusia yang baik dan thoyyib di sini sesuai dengan kelayakannya sebagaimana manusia, tidak sebagaimana thoyyib bagi Allah. Oleh karena itu dalam hadits shahih mengenai keutamaan orang yang menjenguk orang yang sakit disebutkan bahwa malaikat berkata kepada orang yang menjenguk orang yang sakit “Thibta” yang artinya engkau thoyyib. Ketika orang orang yang beriman masuk ke dalam surga, para malaikat memberikan sambutan dengan mengatakan, “Thibtum” yang artinya kalian itu thoyyib. Demikian pula ada orang orang yang meninggal dunia dalam kondisi yang Allah katakana “thoyyibin” yang artinya orang orang yang thoyyib.
Jadi thoyyib itu bisa menjadi sifat orang orang yang beriman namun jangan dijadikan sebagai nama dalam rangka menghindari tazkiyah [memuji diri sendiri] karena Allah melarang kita untuk memuji diri sendiri. Dialah yang lebih mengetahui siapa diantara kita yang lebih bertakwa”.
Penjelasan di atas beliau sampaikan dalam sesi tanya jawab seusai kajian perdana syarah manzhumah Sulamul Wushul karya Hafizh al Hakami tepatnya pada menit
01:04:43 sampai 01:06: 50.
Rekaman kajian di atas bisa anda dengarkan pada link berikut ini:
http://www.al-badr.net/web/index.php?page=lecture&action=lec&lec=911
ustadz, saya pernah menjumpai ada ikhwan/akhwat yang biasa ‘ngaji’ memakai nama pena (dlm sms dll) yang artinya kurang lebih ‘wanita/laki-laki penghuni surga’, ketika saya menanyakan mengapa mereka memakai gelaran itu dijawab bahwa tidak mengapa karena itu adalah doa. bagaimana ustadz jika penggunaan nama thoyib juga dengan alasan doa agar menjadi seperti dalam doa tersebut?
Ustadz,
Jadi nama semacam Rahman dan Rahim itu juga dilarang ya?
#kusuma
rahman itu tidak boleh untuk manusia.
rahim, boleh untuk manusia.
#anto
Yang benar, itu mengapa bukan tidak mengapa karena termasuk nama tazkiyah.
Assalamu`alaikum,
Maaf ustadz anda mengatakan bahwa Rahman tak boleh buat manusia tapi rahim boleh. Nah ana jadi bingung bukankah kedua nama ini di depannya ada kata abd seperti abdurrahman dan abdurrahim sehingga kok rahman dilarang,satu lagi ustadz mengatakan bahwa rahim itu boleh,bolehny itu tanpa kata `abd (hamba) atau wajib?
#fahrul
Boleh bernama rahim atau arrahim meski tidak didahului kata kata abd.
Ust bgaimana dgn nama sajidah (wanita yg bersujud) syakiroh (wanita yg brsyukur) dan nama2 yg semisal apakh termasuk tazkiyah?
Bilamanakah sebuah nama menjadi tazkiyah?
kalo diberi nama ‘Ali = Tinggi, apakah berarti meninggikan diri
Ahmad = lebih terpuji, memuji diri sendiri ?
Zaki = orang suci, tazkiyah??
Ustadz, saya masih bingun parameter sebuah nama mengandung unsur tazkiyah atau tidak. Sedangkan cucu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bernama Hasan dan Husain, tetapi beliau membiarkannya.
Ralat. Bukan membiarkannya, akan tetapi Rasulullah mengganti nama “Harb”(ketika Ali radiyallahu ‘anhu ingin menamai anak-anaknya dengannya) perang dengan nama-nama tersebut, yakni Hasan, Husain, kemudian Muhsin.
assalamu’alaikum ustad bolehkah memberikan nama syuhada,ada yg mengatakan tdk boleh krn termasuk tazkiyah. dan bagaimana jika sudah terlanjur memberikan nama tsb kpd anak. mohon pencerahan nya,syukron.
Ustad, kalau nama Al Barra temasuk di larang? Juga nama ana Abdul Rauf? apaka juga terlarang?
@Abdul Rauf
Nama al Barr dilarang oleh Nabi.
Boleh bernama dengan Abdul Rauf.
Ustadz, ana suka kepikiran dan sangat khawatir. Ana bernama Aulia Rahim, ana takut nama ana itu salah dan tidak boleh di pakai atau bermakna berat. Ana seorang laki-laki. :(
Jazakallah
@ Aulia
Insya Allah, tidak mengapa.