أخ يقول: هل في كتابة فلان السلفي الاثري نوع من التزكية؟ وهل الأفضل كتابتها أو ترك كتابتها؟
Pertanyaan, “Apakah menuliskan fulan as Salafy atau fulan al Atsary adalah salah satu bentuk memuji diri sendiri? Apakah yang lebih baik adalah menuliskan tulisan semacam itu ataukah tidak?
الجواب: اتخاذ ذلك عبارة عن ديدن ولقب في كل كتابة وفي كل مسألة وعلى طرة أي كتاب السلفي الأثري السلفي الأثري هذا ما كان يتحراه كثير من الأئمة لا من زمن الصحابة ولا من بعدهم.
Jawaban Syaikh Yahya al Hajuri, “Menjadikan tulisan semacam itu –as salafy al atsari assalafy al atsari-sebagai hal yang digembar gemborkan disetiap penulisan dan di setiap kesempatan adalah satu hal yang TIDAK dilakukan oleh para imam semenjak zaman sahabat dan zaman-zaman setelahnya.
الجواز جائز ونعم نقول ينبغي الانتساب إلى السلفية ويقول أنا سلفي لكن بعض الناس بالغ في هذا فجعل يكتب إذا كتب وضع السلفي الأثري حتى إذا كتب لأخيه الذي يعرفه تمام المعرفة فهذا فيه شيء من الإفراط في هذا الجانب والمبالغة فيه.
Boleh adalah boleh (baca: bukan anjuran apalagi wajib). Memang kami katakana sepatutnya menisbatkan diri kepada manhaj salaf yaitu mengatakan ‘saya salafy’. Namun sebagian orang berlebih-lebihan dalam hal ini, setiap kali menuliskan nama dia letakkan ‘as salafy al atsari’ di belakang namanya meskipun saat dia menulis surat untuk saudaranya yang mengenal dengan baik bahwa dia adalah salafy. Ini adalah sikap berlebih-lebihan dan over dosis dalam masalah ini.
الألباني رحمه الله كان من أشد من يحث على الانتساب إلى السلفية هل رأيتم كتابا من كتبته مكتوب عليه السلفي؟ محمد ناصر الدين السلفي الأثري؟ أو ابن باز عبد الله بن عبد العزيز بن باز السلفي الأثري أو كذلك من قبلنا ومن قبلهم أو من بعدهم سواء من علمائنا أو من غيرهم ما نرى هذا وهم فعلا سلفيون حقا ويحثون على الانتساب للسلفية وللسنة.
Syaikh al Albani adalah ulama yang paling bersemangat menganjurkan menisbatkan diri kepada manhaj salaf. Meski demikian apakah anda jumpai di salah satu buku beliau tertulis embel-embel as salafy semisal Muhammad Nashiruddin as Salafy al Atsari? Demikian pula Ibnu Baz. Apakah dijumpai beliau menuliskan Abdullah bin Abdul Aziz bin Baz as Salafy al Atsari? Demikian pula para ulama sebelum masa kita dan masa mereka-mereka atau pun setelah masa mereka baik para ulama yang sering kita baca buku-bukunya atau pun tidak. Tidaklah kita jumpai penulisan embel-embel ini. Padahal mereka secara realita adalah salafy sejati dan mereka adalah para ulama yang mendorong penisbatan kepada manhaj salaf dan ahli sunnah.
الشيخ رحمه الله كان يقول: السنة هي السلفية والسلفية هي السنة فعلا.
Syaikh al Albani mengatakan bahwa manhaj ahlu sunnah itu sama dengan manhaj salaf dan manhaj salaf adalah manhaj ahlu sunnah itu sendiri”
Sumber:
http://www.sh-yahia.net/sounds_oprs.php?id=529&actn=download
http://www.ajurry.com/vb/showthread.php?t=13994
Catatan:
Uraian di atas menunjukkan bahwa intisab kepada manhaj salaf itu berbeda dengan penulisan as salafy atau al atsari di belakang nama seseorang.
Intisab kepada manhaj salaf artinya adalah ucapan seseorang ‘saya mengikuti manhaj salaf’ atau ‘saya adalah salafy’. Ini adalah satu hal yang tidak tercela alias boleh-boleh saja dilakukan jika memang diperlukan.
Sedangkan penulisan assalafy atau al atsari di belakang nama seseorang adalah bab yang lain.
Sehingga adalah suatu hal yang tidak tepat ketika ada orang yang membawakan perkataan Ibnu Taimiyyah mengenai intisab kepada manhaj salaf saat kita sedang membahas permasalahan menuliskan embel-embel as salafy atau al atsari di belakang nama seseorang.
Artikel www.ustadzaris.com
Ustadz…
Cobalah antum mempehatikan hal ini
Al-’Iroqiy berkata TENTANG DIRINYA di awal manzhumah alfiyyah-nya,
يقول راجي ربه المقتدر … عبد الرحيم بن الحسين الأثري
“Orang yang berharap kepada Robb-nya Yang Maha Kuasa…
Abdur Rahim bin Al-Husain Al-Atsariy”
[Lihat Fathul Mughits (1/6)]
Maka kita menggunakannya untuk MEMPERKENALKAN DIRI KITA, bukan untuk menyombongkan diri..
Bagaimanakah seseorang merasa biasa saja dengan nisbat HANAFIY, HAMBALIY, MALIKIY atau SYAFI’IY tapi merasa ‘terusik’ dengan nisbat SALAFIY… padahal nisbat kepada individu yg TIDAK MA’SHUM TIDAK LEBIH AFDHAL DARIPADA NISBAT KEPADA GENERASI TERBAIK
Hendaknya ini diperhatikan. Terima kasih
Assalamu`alaikum
Sesungguhnya setiap negeri memiliki kebiasaan berbeda sehingga kita para thalibul ilmi hrs memrhatikan situasi dan kondisi di negeri tersebut setiap akan berdakwah,maka saya rujuk dari pendapat yang lama ttg wajibnya embel2 salafy atau atsary kepada pendapat sesuai artikel di atas. Karena di Indonesia istilah salafy atau atsari di anggap sebagai sebuah ormas,kelompok,hizbiyyah,atau partai. Hendaknya setiap berdakwah kpd msyarakat pada umumnya kita tanggalkan dahulu embel2 salafy atau atsary. Sebutkan saja kepada mereka (masyakat awam) bahwa mereka wajib mengikuti manhaj salafush shalih atau manhaj ahlussunah wal jamaah. Tolong renungkan dn pikirkan secara jernih ini.
#fulan
1. Perbuatan al Hafizh Iraqi di atas apakah menghasilkan hukum anjuran? Menurut manhaj salaf apakah hukum anjuran itu bisa disimpulkan dari perkataan atau perbuatan ulama?
2. apakah al Hafizh al Iraqi gembar gembor dgn embel-embel al atsari di mana? Dalam berapa karyanya beliau memberikan embel-embel al atsari di belakang nama beliau? Ingat fatwa di atas membahas orang yang di mana-mana gembar gembor bahwa dia adalah al atsari as salafy.
3. apakah al atsari dalam perkataan al Iraqi di atas bermakna as salafy? Ingat, di antara makna al atsari adalah adalah orang yang menekuni atsar alias riwayat sama dengan muhaddits.
4. dalam dataran real, kapan label al atsari itu bermakna memperkenalkan diri dan kapan bukan? Apakah orang yang di mana-mana memberikan label al atsari untuk namanya termasuk “memperkenalkan diri”?
@Ustadz aris
Maka berarti jika TIDAK GEMBAR GEMBOR maka tidak mengapa… Adapun ulama zaman ini, lihatlah bagaimana SYAIKH PROF DR ABU ABDILLAH LUQMAN BIN MUHAMMAD menamakan dirinya, dengan apa? AS SALAFIY… Dengan apa SYAIKH ALI BIN HASAN menamakan dirinya? AL ATSARIY.. apakah beliau GEMBAR GEMBOR? Tidak. Mka jika tidak gembar-gembor? Bagaimana?
Berbeda pendapat silahkan… Dalam artikel sebelumnya antum sendiri yang berkata “hendaknya kita mengetahui adanya perbedaan pendapat dalam hal ini” tapi kok penerapan antum sebagai pihak yang berbeda seakan-akan tidak mengamalkan perkataan antum sendiri?!
@fahrul
Benar… Dilihat maslahat dan mafsadat… Yang perlu dikomentari ituorang2 yg memutlakkan ini keliru, atau memutlakkan ini harus, shg tdk boleh ditinggalka
Memang tidak tercela menisbatkan diri pada manhaj salaf, namun apabila menambahkan embel2 as salafy menurut ana memang tidak diperlukan.. Kita hanya perlu mengatakan pada orang bahwa manhaj kita salaf, namun tdk untuk menambahkan di belakang nama karna justru dikhawatirkan timbul sifat ujub dalam diri seseorang…
Ana izin salin artikel ini ustadz, jazaakallahu khairan..
Ustadz ana izin copy artikel ini….jazakallahukhairan
afwan ust, kalau komentar ana di bawah ini salah, tolong diperbaiki.
terjemahan antum “Jawaban Syaikh Yahya al Hajuri, “Menjadikan tulisan semacam itu –as salafy al atsari assalafy al atsari-sebagai hal yang digembar gemborkan disetiap penulisan dan di setiap kesempatan adalah satu hal yang dilakukan oleh para imam semenjak zaman sahabat dan zaman-zaman setelahnya”.
mungkin yg benar ust “Jawaban Syaikh Yahya al Hajuri, “Menjadikan tulisan semacam itu –as salafy al atsari assalafy al atsari-sebagai hal yang digembar gemborkan disetiap penulisan dan di setiap kesempatan adalah satu hal yang TIDAK dilakukan oleh para imam semenjak zaman sahabat dan zaman-zaman setelahnya.
afwan ust, kalo sya salah tolong dikoreksi.
#shalihin
terima kasih, sudah saya perbaiki.