عن أبي العالية عن عمر قال الجمع بين الصلاتين من غير عذر من الكبائر
Dari Abul Aliyah, Umar bin Khattab mengatakan, “Menjamak sholat tanpa udzur adalah salah satu dosa besar” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushonnaf no 8253].
ونكرر كما قال سيدنا عمر بن الخطاب رضي الله عنه بسند صحيح عند الإمام عبد الرزاق الصنعاني في المصنف، قال:
Syaikh Ali al Halabi mengatakan, “Sebagaimana yang dikatakan oleh Sayidina Umar bin Khattab dengan sanad yang shahih diriwayatkan oleh Imam Abdurrazzaq as Shan’ani dalam al Mushonnaf…”.
Perkataan beliau di atas bisa disimak di sini:
http://www.safeshare.tv/w/RAocJlyKXl
tepatnya pada menit 11:16- 11:25.
Catatan:
Saya belum menjumpai redaksi yang ada dalam Mushonnaf Abdurrazzaq yang dimaksudkan oleh Syaikh Ali al Halabi. Mungkin ada pembaca yang bisa membantu?
Perkataan Umar di atas mengandung dua hal penting yaitu bolehnya menjamak sholat bila ada udzur dan haramnya menjamak sholat tanpa udzur.
ustadz, bagaimana dikaitkan dengan hadits berikut: Dari Abdullah bin Abbas
radhiallahu anhuma dia
berkata:
ﺟَﻤَﻊَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻈُّﻬْﺮِ ﻭَﺍﻟْﻌَﺼْﺮِ
ﻭَﺍﻟْﻤَﻐْﺮِﺏِ ﻭَﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀِ ﺑِﺎﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔِ ﻓِﻲ
ﻏَﻴْﺮِ ﺧَﻮْﻑٍ ﻭَﻟَﺎ ﻣَﻄَﺮٍ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pernah
menjamak antara zhuhur
dan ashar, maghrib dan
isya` di Madinah, bukan
karena ada ketakutan dan
bukan pula karena hujan.”
(HR. Muslim no. 1151). Syukron.
ust… Bgmn maksud dr hadits bahwasanya nabi pernah menjama’ sholat “fii ghoiri safarin wa laa mathorin”?. Jazakumullahu khoiron.
Assalamu`alaikum
@zed sanad
Ana share aja ya,yang memiliki pengetahuan lebih tentunya ustadz aris,cuma ana pengen berbagi ilmu ana masih cetek ini yaitu maksud hadits yang antum tanyakan itu sepertinya ada tambahan sedikit redaksi akh yaitu karena takut menyusahkan umatnya. Nah maksudnya dari hadits ini adalah saat kita ada keperluan yang syar`i dan tak bisa ditinggalkan maka menyebabkan udzur bagi kita dan diperbolehkan untuk dijama` inilah yang pernah diterangkan Syaikh Utsaimin dalam menjawab pertanyaan bolehkah seseorang yang sedang belajar dan mengajar tak bisa meninggalkan kelas karena peraturan yang berlaku . Sekian dari ana . Maaf bila ada kekeliruan. Wallahu`alam
Sepertinya redaksi perkataan Umar radhiyallahu ‘anhu dapat dilihat di :
http://majles.alukah.net/showthread.php?13785-%D9%87%D9%84-%D9%8A%D8%AC%D9%88%D8%B2-%D8%AC%D9%85%D8%B9-%D8%A8%D9%8A%D9%86-%D8%A7%D9%84%D8%B5%D9%84%D8%A7%D8%AA%D9%8A%D9%86-%D8%A8%D8%AF%D9%88%D9%86-%D8%B9%D8%B0%D8%B1-%D8%9F%D9%87%D9%84-%D8%B5%D8%AD-%D8%B9%D9%86-%D8%B9%D9%85%D8%B1-%D8%A3%D9%86%D9%87-%D9%85%D9%86-%D9%83%D8%A8%D8%A7%D8%A6%D8%B1
أثر عمر : «الجمع بين الصَّلاتين من غير عذرٍ من الكبائر»:
أخرجه عبدالرزاق (1/535) وابن أبي شيبة (8338) والبيهقي في الكبرى (3/169)، من طريق أبي العالية الرِّياحي عن عمر رضي الله عنه نحوه.
وقد أُعِلَّ بالانقطاع؛ وأن أبا العالية لم يسمع من عمر، كما نقل البيهقي عن الشَّافعي ذلك وتابعه.
واستدرك عليه الذَّهبي في المهذَّب (4948) عليهما فقال: «بلى سمع منه».
وفي العلل ومعرفة الرجال لعبدالله بن أحمد (2/521): «قلتُ لأبي: أبوالعالية الرِّياحي سمع من عمر؟ قال: يقولون ذاك».
وفي التَّهذيب لابن حجر (1/610): «قال ابن المديني: أبوالعالية سمع من عمر..».
وأخرجه ابن أبي حاتم في تفسيره (3/932) والبيهقي في الكبرى (3/169) من طريق أبي قتادة العدوي عن عمر رضي الله عنه نحوه.
قال البيهقي عقبه: «أبو قتادة العدوي أدرك عمر رضي الله عنه، فإن كان شهده كتب فهو موصولٌ، وإلَّا فهو إذا انضمَّ إلى الأوَّل صار قويًّا».
وجزم بصحَّته الحافظ ابن كثير في تفسيره (1/485) فقال: «إسنادٌ صحيحٌ».
وقد رُوِي مرفوعًا إلى النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم، ولا يصحُّ. كما قال البيهقي (3/169) وغيره
@Akh Fahrul
“hadits yang antum tanyakan itu sepertinya ada tambahan sedikit redaksi akh yaitu karena takut menyusahkan umatnya.”
Tambahan redaksi menurut antum sepertinya perkataan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
Wallahua’lam
Kepada Ustadz Aris:
Apakah ada pengecualian terhadap hukum dosa besar ini dalam hal menggabung sholat tanpa udzur sewaktu safar/dalam keadaan musaafir?
Saya ingin tahu karena yang saya tangkap dari fatwa-fatwa ulama yang saya telah baca, hal tersebut masih diperbolehkan, walaupun yang lebih baik adalah untuk melaksanakan masing-masing sholat (yang bisa digabung) pada waktunya.
Referensi:
Asy-Syaikh Ibn Baaz – مجموع فتاوى ابن باز – 12/281 ، 282
Asy-Syaikh Ibn ‘Utsaimin رسالته في مواقيت الصلاة – ص – 26
Ada juga satu fatwa yang saya baca dari Ibn Taymiyyah yang serupa dalam topik ini. Walaupun saya tidak tahu pasti apakah fatwa ini berlaku hanya ketika sedang dalam perjalanan atau juga selama statusnya masih musaafir. (Mungkin Pak Ustadz juga bisa memberikan klarifikasi untuk fatwa yang ini).
Referensi:
مجموع الفتاوى – 24/19
Mohon diberikan masukannya.
jazakAllaahu khairan Ustadz