السائل
الرسول عليه الصلاة والسلام احتجم فممكن الإنسان حتى ولو مش مريض يحتجم كتطبيق للسنة
Pertanyaan, “Rasulullah itu berbekam. Bolehkan seorang itu berbekam padahal tidak ada sakit pada badannya? Dia lakukan hal tersebut hanya sebagai bentuk menerapkan sunnah Nabi”.
الشيخ الألباني
لا هذه سنة كما يقول الفقهاء معقولة المعنى يعني ليست تعبدية يتعبد بها الإنسان لمحض التعبد
Jawaban Syaikh al Albani, “Tidak boleh. Sunnah Nabi berupa berbekam adalah sunnah Nabi yang dalam istilah para ahli fikih adalah sunnah Nabi yang bisa ditangkap makna atau maksudnya, bukan sunnah ta’abbudiyyah yang seorang muslim menjalankannya hanya semata-mata karena dorongan beribadah.
وإنما للمعالجة للمعالجة كإنسان به وجع بالرأس وجع في الظهر وجع في القدم فيحتجم حين ذاك للمعالجة
Berbekam hanya untuk kepentingan berobat semisal seorang yang kepala, punggung atau telapak kakinya merasa sakit lantas berbekam saat itu dalam rangka berobat.
لذلك نجد الرسول عليه الصلاة والسلام أنه لم يحتجم دائما في مكان معين وإنما حسب الحاجة تارة بين كتفيه تارة في ساقه تارة في رأسه وهكذا فإذًا الحجامة للمعالجة فمن كان بحاجة إليها احتجم ومن لا فلا
Oleh karena itu, kita jumpai Rasulullah ‘alaihish sholaatu wa salaam tidak hanya berbekam hanya pada bagian tertentu dari badannya namun beliau mengikuti kebutuhan. Terkadang beliau membekam daerah di antara kedua pundaknya, terkadang di betisnya, terkadang di kepala dan demikian seterusnya.
Kesimpulannya, bekam adalah bentuk berobat maka siapa yang membutuhkannya maka dia bisa berobat. Sedangkan siapa saja yang tidak membutuhkan, tidak boleh berobat”.
Sumber:
http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?p=93195#post93195
Artikel www.ustadzaris.com
Assalammu’alaikum,
Ustadz bagaimana jikalau berbekam untuk menjaga kesehatan badan dari detoksifikasi racun ?Misalkan saya melakukannya 1 bulan sekali ? Bolehkah ?
Syukron.
#ridho
Tidak boleh
Assalamu’alaykum
Ketika seseorang ingin berbekam di suatu Klinik, dia melihat Daftar Tarif, disitu tertulis: Bekam 60rb, Refleksi 55rb..dst.
Ditempat Klinik Sehat yg lain, SETELAH selesai berbekam, si pasien ini bertanya, ‘Berapa pak?’, dijawab si tukang Bekam, ’60rb’. Atau bahkan SEBELUM berbekam, si pasien bertanya, ‘kalo bekam disini berapa pak?’, dijawab, ’60rb’.
Yang أنا tahu, memberikan upah kepada tukang bekam, dibolehkan krn ada contoh dari Rasul, selama tidak pasang tarif.
Hadist Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ia berkata :“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam dan beliau memberi upah kepada orang yang membekam beliau. Seandainya upah bekam itu haram, tentu beliau tidak akan memberikan padanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Lalu, Bagaimana hukumnya menetapkan tarif dlm berbekam seperti contoh kasus2 di atas? Mohon pencerahannya. جَزَاك اللهُ خَيْرًا