Berikut ini adalah contoh-contoh sikap berlebih-lebihan dalam beragama yang disampaikan oleh Syeikh Sholih al Fauzan.
و من مظاهر الغلو بين الشباب
1 ما ظهر بين بعضهم في الصلاة من تفريق رجليه إذا وقف في الصلاة حتى يضايق من بجانبيه.
Syeikh Sholih al Fauzan mengatakan, “Di antara bentuk-bentuk sikap berlebih-lebihan dalam beragama yang dilakukan oleh sebagian pemuda adalah sebagai berikut
- Sikap sebagian anak muda yang melebarkan jarak antara kedua kakinya manakala berdiri di tengah-tengah shaf dalam shalat berjamaah sehingga menyusahkan orang yang ada di sebelah kanan atau kirinya.
2و حني رأسه في حال القيام في الصلاة إلي قريب من الركوع
- Menundukkan kepala saat berdiri dalam shalat secara berlebihan sehingga seperti orang yang ruku
3 ومد ظهره في السجود حتى يكون كالمنبطح علي الأرض
- Memanjangkan punggung ketika sujud sehingga seperti orang telungkup
4 ومن مظاهر الغلو عندهم المبالغة في الصلاة إلي السترة حتي إن بعضهم إذا دخل المسجد قبل الإقامة فإنه يترك الصف و يذهب إلي عمود أو جدار ليصلي إليه صلاة النافلة مع أن السترة سنة ليست بواجبة إن تيسرت و إلا فلا يكلفها و يترك فضيلة القيام في الصف خصوصا في الصف الأول و حصول مكانه فيه و قربه من الإمام. كل هذه الفضائل لا ينبغي إهدارها
- Di antara sikap berlebih-lebihan dalam beragama yang dilakukan sebagian anak muda adalah sikap berlebih-lebihan terkait shalat dengan menghadap sutroh. Sebagian orang ketika masuk masjid sebelum iqomah tidak mau mengambil posisi di shaf sholat namun pergi menuju tiang atau tembok untuk mengerjakan sholat sunnah dengan menghadap sutroh padahal hukum sutroh dalam sholat itu sunnah jika memungkinkan dan tidak wajib. Karenanya kita tidak perlu memaksakan diri untuk sholat dengan menghadap sutroh dengan meninggalkan keutamaan berdiri di shaf terutama shaf yang paling depan dan mendapatkan posisi dekat dengan imam. Hal-hal afdhol tersebut tidak selayaknya disia-siakan.
5 بل إن بعضهم يدافع الناس عن المرور أمامه إذا قام يصلي في المسجد الحرام في وقت الزحام مع أن المرور أمام المصلي في المسجد الحرام و المواطن الشديد الزحام لا بأس به دفعا للحرج. ولله الحمد, فديننا دين اليسر.
- Sebagian orang menolak orang yang lewat di depannya ketika dia mengerjakan sholat di Masjidil Haram saat masjid penuh sesak dengan banyak orang. Padahal lewat di depan orang yang shalat di Masjidil Haram dan tempat-tempat lain yang penuh sesak dengan manusia itu hukumnya tidak mengapa dalam rangka mencegah kesulitan bagi banyak orang. Alhamdulillah, agama kita itu penuh dengan kemudahan.
6 و من مظاهر الغلو تقصير الثياب إلي قريب من الركبتين مما يخشى معه انكشاف العورة و المشروع تقصيرها إلي نصف الساق أو إلي الكعبين
- Di antara sikap berlebih-lebihan dalam beragama adalah laki-laki yang meninggikan kain sehingga hampir dekat dengan lutut. Dikhawatirkan aurat bisa tersingkap dengan perbuatan semacam ini. Yang sesuai dengan petunjuk syariat adalah meninggikan kain sampai setengah betis atau asalkan di atas mata kaki”.
Perkataan Syeikh Sholih al Fauzan saya jumpai di buku berjudul al Ghuluw Mazhahiruhu Asbabuhu ‘Ilajuhu karya Muhammad bin Nashir al ‘Uraini hal 51-53.
ustadz, apakah seroang imam sholat kemudian membaca al-fatihah namun terjadi kesalahan pada membaca mad wajib yakni lebih pendek dari 2 ayunan, apakah sah sholat makmum? misal Alhamdulillaahirobbil’aalamiin dibaca Alhamdulillahirobbil’aalamiin jd huruf la nya tidak panjang
utk muslim
Nampaknya tidak merusak makna sehingga tetap sah shalat bersamanya.
ustad afwan ana pernah mendengarkan..tapi tidak tahu apakah ini benar atau tidak..tentang ini ketika kita sedang sholat kan hrs baca tajwid yang benar..
jadi kalau membaca kata Allah harus nya dibaca = Alwloh bukan Awloh (spt kebanyakan orang2)
mohon tanggapannya karena ana masih rancu & takbirotul ihron hukumnya kan rukun apakah ini termasuk memberat2kan??dan bagaimana sikap yang benar/cara baca yang benar?
Jazakallah
utk abdur
Coba langsung anda tanyakan kepada ustadz yang pakar tajwid tentang cara dan pengucapan yang benar untuk lafaz jalalah.
Ustadz Aris Munandar,
membaca komentar antum di artikel ini yang diposting pada Desember 25, 2009 at 12:36 PM, yang saya copy paste lagi sebagai berikut:
“Insya Allah pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang mengatakan wajibnya sutroh dalam shalat. Yang ada dalam tulisan di atas adalah pendapat Syeikh Shalih al Fauzan dalam masalah ini.
Khusus untuk permasalahan sutroh shalat, pendapat beliau perlu kita telaah ulang.”
Yang nampak bagi saya terhadap penjelasan di atas adalah antum condong kepada pendapat yang mengatakan wajibnya sutroh dalam sholat.
Akan tetapi ketika membaca komentar-komentar antum di http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/10/apa-hukum-sutrah-dalam-shalat.html, yang nampak bagi saya adalah antum condong kepada pendapat tidak wajibnya sutroh dalam sholat.
Di lihat dari urutan waktu atas komentar-komentar di kedua blog tersebut, apakah hal ini berarti Ustadz Aris Munandar telah berpindah pendapat dari wajibnya sutroh dalam sholat menjadi sesuatu yang dianjurkan ?
Mohon koreksi kalau saya salah memahami.
#abu
Saya sedang dalam proses telaah ulang tentang hukum sutrah. Saat ini, ada kecenderungan untuk memilih pendapat yang menganjurkan.
Ustadz, kalau imam melakukan kesalahan besar dalam membaca al-Fatihah dan itu terjadi pada hari jum’at, apakah kita mengulang dengan shalat dzuhur atau cukup dua rakaat sebagaimana shalat jum’at?