KH AR Fachruddin bercerita,
“Tentang membaca surat Yasin, dahulu pun saya ikut dengan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat ketika itu.Tiap menghadapi sesuatu peristiwa, saya baca surat Yasin. Sampai sampai saya merasa bahwa yang menjadi pokok al Quran itu surat Yasin. Ada keluarga yang sakit, dibacakan Yasin. Memintakan ampun, dibacakan Yasin. Malam penganting-menjelang ijab-dibacakan Yasin. Banyak kematian karena wabah penyakit dibacakan Yasin. Pindah rumah, dibacakan Yasin. Menghadapi permusuhan dengan perampok, pencuri, dibacakan Yasin. Malam Jumat, akan khitanan, dibacakan Yasin. Pokoknya menghadapi segala sesuatu atau akan berbuat sesuatu, dibacakan Yasin. Demikianlah ketika itu yang menjadi kebiasaan dalam masyarakat di mana saya turut di dalamnya.
Tetapi setelah saya sering mendengar para kiai mengkaji tafsir al Quran, memperhatikan para kiai membaca kitab-kitab hadits dan kadang-kadang membaca sendiri kitab kitab tafsir al Quran dan hadits hadits, ternyata tidak demikian. Baik al Quran maupun hadits hadits Rasulullah tidak ada yang menerangkan bahwa dalam menghadapi atau menanggulangi sesuatu peristiwa itu harus dengan dibacakan Yasin. Tidak semuanya harus demikian”
[Soal Jawab Yang Ringan Ringan hal 14]