Penjelasan amat menarik dari Syaikh Ali Hasan Al Halabi hafizhohullah.
حَنانَيْكم.. وهَدادَيْكم.. هذا حدُّ
(البدعة التي يُعَدُّ بها الرجلُ مِن أهل الأهواء)…
Inilah tolak ukur seorang itu dinilai sebagai ahli bid’ah dan ahli hawa
.. عندما يكونُ الكلامُ العلميُّ الكُلِّيُّ الجامعُ مُكَوَّناً مِن
(مبتدأ وخبر) فإنَّهُ يكونُ أكثرَ ما يكونُ موزوناً، بل يكونُ مِن أتْقَنِ الكلام وأضبطِهِ، وأقواهُ وأحسنِهِ..
Ketika perkataan ilmiah yang berisi sebuah definisi yang lengkap dan luas cakupannya itu terdiri dari unsur-unsur pembentuk kalimat yang lengkap maka kalimat tersebut akan mengandung parameter yang sangat jelas. Kalimat tersebut akhirnya menjadi kalimat yang sangat rapi, sangat kuat dan sangat bagus.
ومِن ذلك: هذا النصُّ العلميُّ الماتعُ مِن كلامِ شيخِ الإسلامِ ابنِ تيميَّة -رحمهُ الله-؛ الذي لو فُهِمَ حقَّ الفَهم، وضُبِطَ حقَّ الضَّبط، ونُزِّلَ حقَّ التنزيل: لَـحَلَّ كثيراً مِن هاتيك الإشكالات القائمةِ في بعضِ) الأذهان! أو تلك التي اخْتَرَعَتْها أذهانٌ أُخرَى!! فمزَّقَتِ الدعوةَ السلفيَّة! ورَمَتْ أبناءَها بكُلِّ شَظِيَّة!!
Di antara kalimat yang nilainya sebagaimana di atas adalah kalimat ilmiah dan sangat mengagumkan dari perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Andai penjelasan beliau ini dipahami dengan baik dan diterapkan dengan tepat maka akan hilanglah berbagai kebingungan yang ada di benak sebagian orang atau akan hilanglah berbagai hal yang dibuat oleh sebagian orang yang akhirnya mencabik-cabik dakwah ahli sunnah salafiyyah dan menyebabkan sebagian orang melemparkan tuduhan seenaknya kepada para juru dakwah ahli sunnah.
قال -رحمهُ اللهُ- في
«الفتاوَى الكُبرَى»
(4/194):
«والبدعة التي يُعَدُّ بها الرجلُ مِن أهلِ الأهواء: ما اشتُهِرَ عندَ أهل العِلم بالسُّنَّة مُخالفتُها للكتاب والسُّنَّة؛ كبدعة الخوارجِ، والروافضِ، والقَدَرِيَّةِ، والمُرجِئةِ..».
Dalam al Fatawa al Kubro jilid 4 hal 194 Ibnu Taimiyyah mengatakan,
“Bid’ah yang menyebabkan pelakunya dinilai sebagai ahli hawa adalah bid’ah yang terkenal di kalangan para ulama ahli sunnah sebagai sebuah bid’ah yang jelas-jelas menyelisihi al Qur’an dan sunnah semisal bid’ah khawarij, rafidhah, qadariyyah dan murjiah”.
فإن قيلَ:
ألا يُوجَدُ مسائلُ أُخرَى (!) تحكُمُونَ بها -على أصحابِها- بأنَّهُم مِن (أهل الأهواء)؟!
Jika ada yang bertanya, “Bukankah ada beberapa permasalahan yang lain yang kalian nilai pelakunya sebagai ahli hawa (baca:ahli bid’ah)?”
فالجوابُ:
لا بُدَّ يُوجدُ؛ ولكنْ بشَرْط أنْ تكون كتلك؛ «ممَّا اشتُهِرَ عندَ أهل العِلم بالسُّنَّة مُخالفتُها للكتاب والسُّنَّة» -مِن مسائل الأصول-؛ لا أنْ يكونَ ذلك مَحْضَ اجتهادٍ(!) -يحتملُ الخطأَ والصوابَ، والأجرَ والأجرين!- مِن العالِم الواحِد أو الاثنين -دونَ عامَّة
(أهل العلم بالسُّنَّة)
-كما هو ضابطُ كلام شيخ الإسلام-.
Jawabannya, “Tentu saja ada masalah lain selain yang telah dicontohkan akan tetapi dengan syarat masalah tersebut statusnya sebagaimana masalah-masalah yang telah dicontohkan di atas yaitu masalah-masalah yang berstatus sebagai ushul ahli sunnah (baca:ijma ahli sunnah), bukan masalah-masalah yang murni ijtihad dari satu atau dua orang ulama ahli sunnah tanpa disetujui oleh para ulama ahli sunnah selainnya. Pendapat dalam ranah ijtihad itu boleh jadi benar, boleh jadi salah. Ulama yang berijtihad itu mungkin saja mendapatkan satu pahala ataukah dua pahala. Inilah parameter yang bisa kita simpulkan dari perkatan Ibnu Taimiyyah di atas.
وهو كلامٌ فصلٌ…
{ لو كانُوا يفقهون }
Perkataan Ibnu Taimiyyah di atas sungguh merupakan perkataan yang menyibak kerancuan andai mereka mengetahuinya.
Sumber: http://www.alhalaby.com/play.php?catsmktba=1769
Artikel www.ustadzaris.com
assalamu’alikum ustadz, jazakaumulloh khairan.. artikel yg bermanfaat
ada pertanyaan: kenapa kadang ada sebagian syaikh ahlussunnah mencela syaikh ahlussunnah yg lain padahal masalah yg diperdebatkan menurut sebagian ulama adalah maslah ijtihadi, namun bagi yg mencela masalah ini bukan ijtihadi… trus gimana jalan keluarnya??
Untuk Abu
Wa’alaikumussalam
Sebagaimana umumnya manusia ulama boleh jadi memiliki salah persepsi. Dia nilai ijtihadi padahal bukan atau sebaliknya dinilai tidak ijtihadi padahal bukan.
ini semua terjadi karena berbagai faktor semisal perenungan yang kurang mendalam.
Assalaamu’alaykum
Bismillah.
Ustadz Aris,
1. apakah hizbi itu sama dengan ahli bid’ah ? adakah prbedaannya ?
2. apa sbnarnya ciri2 suatu kelompok bs dikatakan hizbi?
saya msh blm paham soal hal ini.
mohon penjelasn dr ustadz. terima kasih .
untuk jhon
wa’aikumussalam
1. setiap hizbi itu ahli bid’ah namun tidak semua ahli bid’ah itu hizbi
2. jika kelompok dijadikan sebagai tolak ukur kebenaran dan atau dijadikan tolak ukur kawan atau lawan.
Assalammu’alaikum,
Pak Aris
Di pesantren yang akidahnya tahlilan, dan yang lainnya, apakah saya boleh pesantren disana, misal kalau di pesantren tersebut ada maulid nabi, paling ikut-ikutan saja , tapi mengingkarinya. Kalau ada pelajarannya paling angguk-angguk saja, tapi selain ada akidah bid’ahnya juga yang saya pelajari ada pelajaran lain yang sangat bermanfaat seperti bahasa arab, kitab hadis riyadussolihin dan sebagainya ? Apakah saya bisa mondok disana ? Misal, jika di pesantren tersebut ada yang membolehkan jimat karena ada dalil hadisnya, dan juga bid’ah lain, yang dianggap bid’ah hasanah. Tapi, di selain ada keburukannya tapi ada juga kebaikannya yang bisa saya pelajari darisana. Itu bagaimana Pak Ustadz ? Bolehkah saya masih mondok di pesantren daerah saya tersebut ? Tidak ada pilihan pesantren lain, karena pesantren lain mahal biayanya, dan pesantren saya ini murah.
Syukron,
assalamualaikum ustadz..
Mohon penjelasannya mengenai sebuah pernyataan atas pertanyaan akh John di atas..
”setiap hizbi itu ahli bid’ah namun tidak semua ahli bid’ah itu hizbi”
jazakumullahukhoiron