أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ : أَحْمَدُ بْنُ الْحَسَنِ الْقَاضِى حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ : مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِىِّ بْنِ عَفَّانَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا سَالِمٌ أَبُو حَمَّادٍ عَنِ السُّدِّىِّ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« أُعْطَيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِى مِنَ الأَنْبِيَاءِ : جُعِلَتْ لِىَ الأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا ، وَلَمْ يَكُنْ نَبِىٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ يُصَلِّى حَتَّى يَبْلُغَ مِحْرَابَهُ ، وَأُعْطِيتُ الرُّعْبَ مَسِيرَةَ شَهْرٍ ، يَكُونُ بَيْنِى وَبَيْنَ الْمُشْرِكِينَ مَسِيرَةُ شَهْرٍ فَيْقَذِفُ اللَّهُ الرُّعْبَ فِى قُلُوبِهِمْ ، وَكَانَ النَّبِىُّ يُبْعَثُ إِلَى خَاصَّةِ قَوْمِهِ ، وَبُعِثْتُ أَنَا إِلَى الْجِنِّ وَالإِنْسِ ، وَكَانَتِ الأَنْبِيَاءُ يَعْزِلُونَ الْخُمُسَ ، فَتَجِىءُ النَّارَ فَتَأْكُلُهُ ، وَأُمِرْتُ أَنَا أَنْ أَقْسِمَهَا فِى فُقَرَاءِ أُمَّتِى ، وَلَمْ يَبْقَ نَبِىٌّ إِلاَّ أُعْطِىَ سُؤْلَهُ ، وَأَخَّرْتُ شَفَاعَتِى لأُمَّتِى ».
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada satu pun nabi sebelumku:
- Bumi seluruhnya dijadikan untukku sebagai alat untuk bersuci dan sebagai tempat shalat. Sedangkan para nabi terdahulu tidaklah mengerjakan shalat melainkan setelah tiba di mihrab [tempat khusus untuk shalat, pent].
- Diberi perasaan takut ke dalam hati musuh padahal jarak antara diriku dengan mereka memerlukan perjalanan selama satu bulan. Allah tumbuhkan rasa takut dalam hati mereka
- Nabi terdahulu hanya di utus untuk sukunya saja sedangkan aku diutus kepada manusia dan jin
- Para nabi terdahulu tidak boleh memanfaatkan harta rampasan perang. Ada api [dari langit, pent] yang bertugas untuk membakarnya. Sedangkan aku diperintahkan untuk membagikan seperlima harta rampasan perang diantara orang orang miskin di tengah tengah umatku.
- Semua nabi permintaannya telah Allah kabulkan sedangkan permintaanku kusimpan sebagai syafaat bagi umatku [di akherat, pent] [Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro Baihaqi no 4064]
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ مُضَرَ عَنِ ابْنِ الْهَادِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَامَ غَزْوَةِ تَبُوكَ قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يُصَلِّى فَاجْتَمَعَ وَرَاءَهُ رِجَالٌ مِنْ أَصْحَابِهِ يَحْرُسُونَهُ حَتَّى إِذَا صَلَّى وَانْصَرَفَ إِلَيْهِمْ فَقَالَ لَهُمْ « لَقَدْ أُعْطِيتُ اللَّيْلَةَ خَمْساً مَا أُعْطِيهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِى
Dari Abdullah bin Amr bin al Ash, saat perang Tabuk, Nabi shalat malam. Banyak shahabat yang akhirnya berkumpul di belakang Nabi untuk menjaga beliau. Setelah beliau selesai shalat, Nabi menghadapkan wajahnya kepada para shahabat lantas bersabda, “Pada malam ini aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada satu pun nabi sebelumku
أَمَّا أَنَا فَأُرْسِلْتُ إِلَى النَّاسِ كُلِّهِمْ عَامَّةً وَكَانَ مَنْ قَبْلِى إِنَّمَا يُرْسَلُ إِلَى قَوْمِهِ
Pertama, aku diutus untuk semua manusia. Sedangkan para nabi sebelumnya hanya diutus untuk kaumnya.
وَنُصِرْتُ عَلَى الْعَدُوِّ بِالرُّعْبِ وَلَوْ كَانَ بَيْنِى وَبَيْنَهُمْ مَسِيرَةُ شَهْرٍ لَمُلِئَ مِنْهُ رُعْباً
Kedua, aku mendapatkan kemenangan perang dengan sebab musuh merasa gentar padahal jarak posisi antara diriku dengan mereka itu perjalanan satu bulan lamanya karena hati mereka penuh dengan rasa takut.
وَأُحِلَّتْ لِىَ الْغَنَائِمُ آكُلُهَا وَكَانَ مَنْ قَبْلِى يُعَظِّمُونَ أَكْلَهَا كَانُوا يَحْرِقُونَهَا
Ketiga, harta rampasan perang itu dihalalkan untukku. Sedangkan umat terdahulu tidak boleh memanfaatkannya. Mereka membakar harta rampasan tersebut.
وَجُعِلَتْ لِىَ الأَرْضُ مَسَاجِدَ وَطَهُوراً أَيْنَمَا أَدْرَكَتْنِى الصَّلاَةُ تَمَسَّحْتُ وَصَلَّيْتُ وَكَانَ مَنْ قَبْلِى يُعَظِّمُونَ ذَلِكَ إِنَّمَا كَانُوا يُصَلُّونَ فِى كَنَائِسِهِمْ وَبِيَعِهِمْ
Keempat, bumi itu dijadikan sebagai tempat shalat dan alat untuk thaharah. Di mana saja aku menjumpai waktu shalat aku bisa bertayamum lantas mengerjakan shalat. Sedangkan para nabi terdahulu tidak bisa melakukannya karena mereka hanya boleh shalat di kanisah [gereja, baca: tempat ibadah]
وَالْخَامِسَةُ هِىَ مَا هِىَ قِيلَ لِى سَلْ فَإِنَّ كُلَّ نَبِىٍّ قَدْ سَأَلَ فَأَخَّرْتُ مَسْأَلَتِى إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ فَهِىَ لَكُمْ وَلِمَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ».
Kelima, dikatakan kepadaku, “Mintalah sesuatu”. Semua para nabi telah mengajukan permintaan namun permintaanku kutunda sampai hari Kiamat kuperuntukkan bagi kalian dan semua orang yang bersyahadat la ilaha illallah” [HR Ahmad no 7068 sanadnya dinilai hasan oleh Syuaib al Arnauth].
Dua hadits di atas menunjukkan bahwa dalam syariat umat terdahulu hanya boleh shalat pada tempat tempat tertentu. Sedangkan untuk umat Muhammad, Allah memberikan kelonggaran, semua bagian bumi pada dasarnya bisa dipergunakan untuk shalat.