Mengusap Wajah setelah Berdoa
د. عبدالعزيز الريس:
مسح اليدين للوجه بعد الدعاء.
Hukum mengusap wajah dengan dua telapak tangan setelah selesai berdoa oleh Syaikh Dr. Abdul Aziz ar-Rais.
مسح الوجه بعد رفع اليدين في الدعاء على أصح قَولَي أهل العلم مستحب ، وهو رواية عن أحمد، وقول عند الحنابلة وغيرهم.
Mengusah wajah setelah menengadahkan kedua telapak tangan dalam doa hukumnya dianjurkan menurut pendapat yang paling kuat dari dua pendapat ulama dalam masalah ini. Ini adalah satu riwayat dari Imam Ahmad dan satu pendapat di kalangan para ulama Hanbali serta mazhab lainnya.
والدليل ثبوته عن الحسن البصري رواه الفريابي بإسنادٍ صحيح.
والحسن البصري تابعي، ومسائل الشرع إذا لم يثبت فيها شيء عن النبي ﷺ ولا عن الصحابة فيُنتَقل إلى من بعدهم وهم التابعون.
Dalilnya adalah validnya riwayat mengenai hal ini dari al Hasan al Bashri yang diriwayatkan oleh al-Firyabi dengan sanad yang shahih.
Al Hasan al Bashri adalah seorang ulama generasi tabi’in. Hukum permasalahan agama jika tidak ada dari Nabi atau pun shahabat berpindah kepada generasi setelah shahabat yaitu generasi tabi’in.
والدليل على أن قول التابعي حجة أنه أعلى ما في هذه المسألة، ونحن مأمورون باتباع سبيل المؤمنين، وهذا هو سبيل المؤمنين في هذه المسألة فيما رأيت.
Dalil bahwa pendapat tabiin itu bisa menjadi hujjah adalah karena itulah level tertinggi yang ada dalam permasalahan ini. Kita diperintahkan untuk mengikuti jalan orang-orang yang beriman dan inilah jalan orang-orang yang beriman dalam permasalahan ini dalam pandangan saya.
وقد ذهب إلى ذلك الإمام أحمد في رواية، وقد بيَّن قوة حجية قول التابعي الدارمي في أواخر رده على بِشر المرّيسي، و ذكره غيره من أهل العلم.
Apalagi ini merupakan pendapat Imam Ahmad dalam satu riwayat. Ad Darimi di akhir-akhir buku tambahan beliau untuk Bisyr al-Marisi menjelaskan kuatnya kehujjahan pendapat tabiin. Penjelasan yang semisal juga disampaikan oleh ulama selainnya.
Sumber: Channel resmi Syaikh Dr. Abdul Aziz ar-Rais di telegram
*****
مسح الوجه باليدين في الدعاء، تجد أن الأمة لم تزل عليه خارج الصلاة و لم ينكره أحد إلا من المتأخرين،
Syaikh Sholih al-Ushoimi mengatakan, “Mengenai mengusap wajah dengan kedua telapak tangan dalam doa anda jumpai umat Islam senantiasa melakukannya di luar shalat. Tidak ada yang mengingkari hal ini kecuali ulama era belakangan.
بل روى عبد الرزاق بسند صحيح عن يحيى بن سعيد الأنصاري – أحد التابعين- أنه قال: ((لم يزل الناس إذا فرغوا من دعائهم مسحوا بوجوههم بأيديهم)).
Bahkan diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dengan sanad yang shahih dari Yahya bin Said al-Anshori, salah satu ulama era tabiin, beliau mengatakan, “Manusia jika selesai berdoa senantiasa mengusap wajah mereka dengan tangan”.
هذا القائل تابعي، من أدرك؟ (الجواب): دعونا نقول أدرك التابعين افتراضا، حتى لا يغضب الذين يرون أن هذه المسألة بدعة، أترى التابعين الذين أثنى عليهم النبي صلى الله عليه و سلم و جعلهم القرن الفاضل بعد الصحابة يجتمعون على بدعة؟
Yang menyampaikan hal ini adalah ulama era tabiin. Siapakah manusia yang beliau jumpai? Jika kita andaikan bahwa manusia yang beliau jumpai adalah sesama tabiin agar pihak yang menilai perbuatan ini sebagai bid’ah tidak tersinggung. Apakah menurut anda generasi tabiin yang disanjung oleh Nabi dan Nabi jadikan sebagai generasi pilihan setelah generasi shahabat bersepakat untuk melakukan bid’ah?
ما الجواب؟ الجواب: لا يمكن، و إلا فما معنى تزكية الشرع لهم. في مسائل أخر.
Apa jawabannya? Tentu saja jawabannya adalah tidak mungkin. Jika tidak demikian lantas apa makna dibalik pujian syariat terhadap mereka dalam masalah-masalah yang selainnya”.
Sumber: Transkip dari transkip rekaman kajian Syarh Miftah fil Fiqh oleh Syaikh Sholih al Ushoimi yang ditranskip oleh Ust Rizqo Basyir.
Catatan:
Riwayat dari Yahya bin Said yang kami dapatkan adalah sebagai berikut:
مصنف عبد الرزاق – (2 / 252)
3256 – عبد الرزاق عن بن جريج عن يحيى بن سعيد أن بن عمر كان يبسط يديه مع العاص
وذكروا أن من مضى كانوا يدعون ثم يردون أيديهم على وجوههم ليردوا الدعاء والبركة
قال عبد الرزاق رأيت أن معمرا يدعو بيديه عند صدره ثم يرد يديه فيمسح وجهه
Dari Yahya bin Said mengatakan sungguh Ibnu Umar bersama al-Ash menengadahkan kedua tangannya (saat berdoa).
Mereka menyebutkan bahwa mereka berdoa kemudian mereka mengembalikan tangan mereka ke wajah agar mereka mengembalikan doa dan keberkahan.
Abdurrazzaq mengatakan bahwa Ma’mar berdoa dengan menengadahkan kedua tangannya sejajar dengan dadanya kemudian beliau mengembalikan kedua tangannya untuk mengusap wajahnya (Diriwayatkan dalam Mushannaf Abdurrazzaq no 3256).
Kutipan di atas terdiri dari tiga bagian, kutipan Yahya bin Said dari Ibnu Umar, kutipan Yahya bin Said dari sejumlah orang (baca: mereka) dan perkataan Abdurrazzaq mengenai Ma’mar.
Untuk bagian pertama dan kedua
هَذَا أَثَرٌ إِسْنَادُهُ ضَعِيفٌ ؛ لانْقِطَاعِهِ بَيْنَ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ وَهُوَ : الأَنْصَارِيُّ ، وَبَيْنَ ابْنِ عُمَرَ ، وَابْنُ جُرَيْجٍ مُدَلِّسٌ وَحْشُ التَّدْلِيسِ لاَ يُدَلِّسُ إِلاَّ عَنْ مَجْرُوحٍ ، وَقَدْ عَنْعَنَهُ .
Kualitas sanadnya dhoif karena dua alas an. Pertama, Yahya bin Said al-Anshori tidak berjumpa dengan Ibnu Umar. Kedua Ibnu Juraij adalah perawi mudallis yang jelek dalam tadlis, tidak melakukan tadlis kecuali dari guru yang bermasalah dalam dalam sanad atsar ini Ibnu Juraij menggunakan ‘an yang berarti dari.
Sedangkan bagian ketiga dari kutipan di atas adalah riwayat yang shahih. Ma’mar bin Rasyid adalah ulama generasi tabi’ tabiin.
أَثَرُ الحَسَنِ بْنِ أَبِي الحَسَنِ البَصْرِيِّ : أَخْرَجَهُ الفِرْيَابِيُّ _ كَمَا في ” فَضِّ الوِعَاءِ ” (ص : 101) _ قَالَ : حَدَّثَنَـا إِسْحَاقُ بْنُ رَاهَوَيْهِ ، أَخْبَرَنَا المُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ ؛ قَالَ : رَأَيْتُ أَبَا كَعْبٍ _ صَاحِبَ الحَرِيرِ _ يَدْعُو رَافِعاً يَدَيْهِ ، فَإِذَا فَرَغَ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ ، فَقُلْتُ لَهُ : مَنْ رَأَيْتَ يَفْعَلُ هَذَا ؟ ، قَالَ : الحَسَنُ بْنُ أَبِي الحَسَنِ .
أَقُولُ : وَهَذَا سَنَدٌ صَحِيحٌ ؛ وَأَبُو كَعْبٍ صَاحِبُ الحَرِيرِ هُوَ : عَبْدُ رَبِّهِ بْنُ عُبَيْدٍ الأَزْدِيُّ ، وَهُوَ ثِقَةٌ .
Mengenai atsar dari al-Hasan al-Bashri, diriwayatkan oleh al-Firyabi sebagaimana dalam Fadh al-Wi’a’ dari al-Mu’tamir bin Sulaiman, aku melihat Abu Kaab shahih al-harir berdoa sambil mengangkat kedua telapak tangannya. Setelah selesai berdoa beliau mengusah wajahnya dengan kedua telapak tangan tersebut. Kutanyakan kepada beliau, “Siapa yang anda lihat melakukan hal tersebut?”. Beliau mengatakan, “al-Hasan al-Bashri”. Ini adalah sanad yang shahih, Abu Kaab shahih al-Harir adalah Abd Rabb bin Ubaid al-Azdi, seorang perawi tsiqah.
Sumber: Silahkan baca-baca di sini
asalamualaikum ustadz. mohon maaf. bagaimana dengan tulisan pada tautan dibawah ini ini: yang benar yang mana, karena yang mengkaji sama-sama salaf. hatur nuhun.
https://muslim.or.id/26976-derajat-hadits-mengusap-wajah-setelah-berdoa.html
Apakah setiap yang tidak ada contohnya dari Nabi namun ada atsar dari 3 generasi berikutnya bisa menjadi dalil atau hujjah dalam beribadah?